Pages

Selasa, 28 Januari 2014

just give me a reason

Right from the start
You were a thief
You stole my heart
And I your willing victim
I let you see the parts of me
That weren’t all that pretty
And with every touch you fixed them
Now you’ve been talking in your sleep oh oh
Things you never say to me oh oh
Tell me that you’ve had enough
Of our love, our love

Just give me a reason
Just a little bit’s enough
Just a second we’re not broken just bent
And we can learn to love again
It’s in the stars
It’s been written in the scars on our hearts
We’re not broken just bent
And we can learn to love again

I’m sorry I don’t understand
Where all of this is coming from
I thought that we were fine
(Oh we had everything)
Your head is running wild again
My dear we still have everythin’
And it’s all in your mind
lyricsalls.blogspot.com
(Yeah but this is happenin’)
You’ve been havin’ real bad dreams oh oh
You used to lie so close to me oh oh
There’s nothing more than empty sheets
Between our love, our love
Oh our love, our love

Just give me a reason
Just a little bit’s enough
Just a second we’re not broken just bent
And we can learn to love again
I never stopped
You’re still written in the scars on my heart
You’re not broken just bent
And we can learn to love again

Oh tear ducts and rust
I’ll fix it for us
We’re collecting dust
But our love’s enough
You’re holding it in
You’re pouring a drink
No nothing is as bad as it seems
We’ll come clean

Just give me a reason
Just a little bit’s enough
Just a second we’re not broken just bent
And we can learn to love again
It’s in the stars
It’s been written in the scars on our hearts
That we’re not broken just bent
And we can learn to love again

Just give me a reason
Just a little bit’s enough
Just a second we’re not broken just bent
And we can learn to love again
It’s in the stars
It’s been written in the scars on our hearts
That we’re not broken just bent
And we can learn to love again
Oh, we can learn to love again
Oh, we can learn to love again
Oh oh, that we’re not broken just bent
And we can learn to love again

5 hewan yang bisa dimakan hidup hidup

Manusia adalah mahluk pemakan segalanya apapun yang bisa dimakan pasti akan dimakan oleh manusia mulai dari yang masih mentah hingga yang sudah dimasak.
Nah pastinya kamu tidak membayangkan ya seperti apa rasanya memakan hewan yang masih hidup, nah berikut ini ada beberapa hewan yang dimakan manusia dalam kondisi hidup hidup.


1. Sannakji


 Sannakji merupakan makanan khas korea yang meyajikan gurita yang masih setengah hidup untuk dimakan manusia, dengan campuran beberapa bumbu membuat gurita hidup ini menjadi sangat enak dimakan, yang menjadi sensasi dar makanan Sannakji adalah ketika dimakan biasa tentakel gurita akan begerak gerak di dalam.

 
2. Tiram


Tiram salah satu hewan yang biasa dimakan hidup hidup oleh manusia, alasan manusia memakan tiram hidup hidup adalah sebab hewan ini lebih cepat membusuk ketika sudah mati, walaupun dimakan hidup ternyata tiram yang dicampur dengan sedikit saus memiliki rasa yang sangat enak.


3. Landak laut atau bulu babi


Landak laut atau bulu babai ternyata sangat lezat ketika dimakan dalam keadaan hidup, nah inilah kenapa banyak orang memilih memakan landak laut mentah mentah. Cara memakannya pun cukup mudah setelah di buka cangkangnya isi bagian dalam landak laut langsung bisa dimakan.


4. Odori Ebi


Odori Ebi adalah jenis sashimi yang berisi bayi udang. Udang biasanya dicelupkan ke dalam sake, minuman beralkohol khas Jepang, untuk membuat mereka jadi mabuk sehingga lebih mudah dimakan. Hidangan Odori Ebi dibanderol cukup mahal karena untuk menu udang hidup harus disiapkan dengan cepat dan terampil.


5. Udang mabuk


Makanan udang mabuk ini hampir sama dengan Odori Ebi namun makanan ini berasal dari China, Udang udang yang disajikan dalam menu makanan ini biasa dibikin matang namun banyak juga yang menyukainya dalam keadaan hidup namun udang udang yang mau dimakan di bikin mabuk dulu dengan dicelupkan kedalam alkohol sekitar 40-60 persen.

7 fast food paling laris di dunia

1. Mc Donald's


 Mc Donald's adalah salah satu yang  restoran makanan cepat saji paling populer di dunia dengan outlet di lebih dari 100 negara. Resto ini dimulai pada tahun 1948 oleh McDonald bersaudara yang membuat hamburger bersama. Selanjutnya diperluas menjadi waralaba oleh Ray Kroc.
Mc Donald's dikenal baik memiliki lokasi di daerah perkotaan, di jalan raya dan di beberapa daerah terpencil. Harganya juga cukup terjangkau bagi masyarakat kelas menengah ke bawah.

 
2. KFC
 
Siapa yang tidak kenal tempat makan dengan jargon "jagonya ayam" ini? Ya, Kentucky Fried Chicken (KFC) adalah terkenal makanan cepat saji yang didirikan pada tahun 1952 oleh Harland Sanders di Kentucky, Amerika. Dengan operasi di lebih dari 100 negara, KFC adalah yang fast food terbesar kedua di dunia setelah McDonald. KFC terkenal dengan cita rasa ayam gorengnya yang lezat.


3. Krispy Kreme

Krispy kreme didirikan oleh Vernon Rudolph pada tahun 1937 di Winston-Salem, Amerika. Fast food ini menawarkan makanan termasuk donat bersama dengan minuman panas dan dingin. Saat ini, memiliki waralaba di klub negara Termasuk Australia, Inggris, UEA, China, Jepang, Meksiko, Hong Kong dan klub negara beberapa di Asia Tenggara.
4. Wendy's
 
Wendy's adalah makanan cepat saji yang populer untuk hamburger, sandwich, menu sarapan salad dan dessert.  Perusahaan ini didirikan pada tahun 1969 oleh Dave Thomas di Ohio. Wendy's paling terkenal dengan burger daging sapi dan sandwich klasik. Wendy's menjadi kompetitor Burger King dan Mc Donald's.


5. Dunkin Donut's

Didirikan pada tahun 1950 oleh William Rosenberg di Massachusetts, Dunkin Donuts adalah resto yang menyuguhkan donat dan kopi. Dunkin Donust beroperasi di lebih dari 30 negara. Selain itu resto ini juga terkenal dengan sandwich, serta berbagai minuman panas dan dingin. Dunkin Donuts adalah saingan dari Starbucks dan Krispy Kreme.
6. Taco Bell
 
Taco Bell terkenal dengan Tex-Mex yang meliputi menu Taco, quesadillas, Nacho, burrito dan sajian lain khas Meksiko. Resto ini didirikan oleh Downey pada tahun 1962 dan saat ini berkantor pusat di California. Taco Bell mengkhususkan diri dalam menawarkan item terjangkau untuk berbagai pelanggan.


7. Burger King

Burger King adalah makanan cepat saji itu didirikan pada tahun 1953 di Florida. Dia beroperasi di lebih dari 70 negara di seluruh dunia. Burger King terkenal dengan  produk hamburger. Produk khasnya adalah sandwich Whopper. Selain itu Burger King juga menawarkan produk lainnya termasuk kentang goreng, burger keju, potongan ayam, smoothies dan frappes

Rabu, 22 Januari 2014

Rihanna - we found love

Yellow diamonds in the light 
And we're standing side by side

As your shadow crosses mine
What it takes to come aliiiivvveee..

It's the way I'm feeling I just can't denyyyy 
But I've gotta let it go 

We found love in a hopeless place 
We found love in a hopeless place 
We found love in a hopeless place 
We found love in a hopeless place 

Repeat the same chords as the rest sounds exactly the same :)

Shine a light through an open door 
Love and life I will divide

Turn away cause I need you more 
Feel the heartbeat in my mind 

It's the way I'm feeling I just can't deny 
But I've gotta let it go 

We found love in a hopeless place 
We found love in a hopeless place 
We found love in a hopeless place 
We found love in a hopeless placeR

Noah - tak lagi sama

Cerita ini tak lagi sama
Meski hatimu selalu di sini
Mengertilah bahwa ku tak berubah
Lihat aku dari sisi yang lain

Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku

Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku

Waktu yang telah kita lalui
Buatmu jadi lebih berarti

Luluhkan kerasnya dinding hati
Engkaulah satu yang aku cari

Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku ooh

Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu menemaniku
Kau menenangkanku, kau melegakan aku

Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku
Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu menemaniku
Kau menenangkanku, kau melegakan aku

cerpen - hadiah terindah dibulan ramadhan

Sinar mentari muncul di ufuk timur kota yang menjadi dambaan semua pemimpi untuk bisa meraih apa yang diinginkan di kota ini. Perlahan-lahan mentari menampakkan dirinyanya begitu juga dengan mulainya berbagai aktivitas yang menumpuk ruah di kota besar ini. Mulai dari supir angkot, kenek sopir, pedagang asongan, pedagang kaki lima di emperan toko, penjual koran, pengamen, para pekerja kantoran, hingga pejabat bertumpah ruah di jalan untuk bergegas menjemput impian dan asa yang dimiliki.
Tin… Tin… Tin… suara klakson dari penjuru arah berteriak-teriak tanda kemacetan yang menjadi rutinitas di kota besar ini. Ya itu lah yang selalu di temui oleh warga kota ini, apabila tidak berlomba dengan waktu untuk start duluan demi menghindari kemacetan yang sudah menahun seperti penyakit dalam raga seorang manusia yang tak kunjung sembuh.
“Ya ampun…, pak Anwar kenapa lewat jalan sini sih…, tuh terjebak kemacetan.” Kata seorang remaja laki-laki di dalam mobil mewah yang sedang gusar dengan wajah yang gelisah sambil melihat jam di tangan kanannya yang menunjukkan pukul 06.55.
“Bapak ndak tahu den.., kok tiba-tiba ada kemacetan di jalan ini?. Coba Bapak lihat dulu di arah depan sana terjadi apa ya?.” Pak Anwar keluar dari pintu mobilnya sambil menjinjing kakinya dan berjalan tak jauh dari mobil.
Sementara itu di dalam mobil mewah remaja laki-laki yang dari tadi tampak gelisah mengeluarkan ipadnya di dalam tas sekolahnya, dan mulai menyentuhkan jari telunjuknya di layar yang berukuran 8 inci itu. Dari arah sebelah kiri trotoar datang segerombolan pengamen, beberapa pedagang asongan, dan penjual koran mendekati para pengandara mobil, motor maupun supir taksi.
Salah satu penjual koran yang masih anak-anak dengan handuk berwarna orange melingkar di lehernya mendekat ke kaca mobil mewah itu sambil menunjukkan korannya.
“Koran…, koran…, koran…” kata anak laki-laki itu.
Remaja laki-laki itu melihat dengan sekilas wajah penjual koran itu dan menghadapkan ipadnya ke arah kaca mobil dan kembali fokus ke ipadnya.
Tak ada respon dari dalam untuk dibukakan kaca mobil itu, sehingga berlalulah penjual koran itu ke mobil maupun pengendara motor dan sopir taksi lain.
Lima belas menit kemudian pak Anwar kembali ke dalam mobil dan melaporkan apa yang terjadi.
“Wah den di depan sana ada demo besar, untungnya ada beberapa polisi yang akan mengalihkan jalur ke arah sebelah kanan dan itu tembus ke sekolah aden”. Kata pak Anwar sambil menstarter ulang kunci mobil dan menginjak gas perlahan.
“Ya udah pak tancap gas.., sudah telat nih…” kata remaja itu sambil memasukan ipadnya di dalam tas sekolahnya.
Perempatan lampu merah segerombolan pengamen, pedagang asongan dan penjual koran tadi beraksi untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah demi kelangsungan hidup mereka. Satu demi satu dari mereka mulai masuk di bis, angkutan mikrolet, dan berdiri di depan taksi, mobil dan pengendara motor. Tampak dari wajah mereka penuh harapan, berharap hari ini ada penghasilan dan lebih baik dari kemarin.
Seorang anak laki-laki dari gerombolan itu menjajakan puluhan korannya yang ada di lengannya.
“Koran…koran”, hot topik… hot topik” ia berteriak dengan semangat sambil melambaikan korannya di depan pengendara mobil maupun motor yang di lewatinya.
Lampu lalu lintas sudah siap mengkodekan di lampu hijau, mereka harus segera bertepi ke trotoar. Dan anak laki-laki penjual koran itu bersama gerombolan lainnya naik ke atas trotoar.
Di troator jalan ia berdiri sambil menghitung jumlah koran yang terjual,
“Alhamdulillah, sudah terjual 15 koran dari 20 koran yang setor di pagi hari ini” ucapnya dengan helaan nafas bertanda lega, dan sambil mengelap keringat di dahinya dengan handuk kecil berwarna orange yang di lingkarkan ke lehernya.
Matahari mulai meninggi, suhu udara pun mulai terasa panas, anak laki-laki itu menuju halte bis untuk beristirahat sejenak, di halte bis ada seorang penjual koran juga yang sedang beristirahat sebaya dengannya namanya Safir, ia duduk dekat Safir. Ia menaruh 5 koran yang tersisa di kursi halte bis.
“Sudah berapa yang terjual” Tanya Safir pada anak laki-laki itu
“Alhamdulillah, sudah laku 15 tadi pagi, rezeki hari ini cukup, lebih baik dari hari kemarin”, jawabnya sambil tersenyum dan mengelus dadanya.
“Syukurlah” Safir membalasnya
Anak itu balik bertanya pada Safir temannya.
“Kalau kamu Fir sudah berapa yang terjual koran kamu?.”
“Hanya 3 yang terjual dari 20 yang setor ke saya” jawabnya sambil memandang ke arah korannya dengan wajah yang sedih.
“Jangan sedih ya…, tetap ucapkan Alhamdulillah, insya Allah akan di tambahkan nikmat dan rezeki kepada yang tetap bersyukur kepada Allah, baik di waktu lapang dan sempit”, kata anak laki-laki itu tersenyum sambil menepuk pundak Safir untuk memberikan semangat pada temannya itu.
“Oh ya haus nih..” kata anak laki-laki itu sambil mengusap lehernya
“Kamu masih disini Safir?” Tanya anak laki-laki itu
“Iya…” jawab Safir
“Tolong jagaian koran-koran saya, saya mau beli air mineral di warung dekat sini”. Kata anak laki-laki itu sambil menepuk koran-korannya di kursi halte.
“Oke, tenang aja…” sambil mengangkat jempol kanannya.
Tidak lama kemudian anak laki-laki itu kembali dengan dua botol air mineral di kantong belanja bawaannya dari warung terdekat.
Satu air botol mineral di dalam kantong belanjaan dia keluarkan.
“Ini minum air mineral dulu, supaya nggak dehidrasi” katanya dengan memberikan satu botol air mineral dengan tanggan kanannya pada Safir.
“Tapi.., saya kan nggak minta” jawabnya sambil memandang anak-anak laki-laki itu dengan wajah heran.
“Iya…, nggak apa-apa kok, ambil saja…, kan lebih baik tangan di atas dari pada tanggan di bawah” ujarnya dengan tersenyum pada Safir.
“Terima kasih…” balas Safir dengan wajah yang malu.
Suara adzan di kumandangkan tanda masuk waktu shalat dzuhur. Anak laki-laki itu beranjak dari tempat duduknya, dan menggangkat koran-koran dari kursi sebelah.
“Ayo sholat dzuhur dulu..”, ajak anak laki-laki itu pada Safir temannya.
“Hmm…” Safir bergumam sambil bola matanya ke kiri kekanan.
“Ayolah, Shalat dulu, kemudian lanjutkan lagi dagangan korannya. Insya Allah diberikan kemudahan dan keberkahan dalam aktivitas dan rezeki yang diperoleh.” Kata anak laki-laki itu sambil menarik lengan tangan Safir. Kemudian mereka pun berangkat menuju masjid untuk menunaikan shalat fardhu dzuhur, yang lokasi masjidnya tidak jauh dari halte bis itu.
TEET… TEET… TEET… TEET…TEET… Lima kali bel sekolah di bunyikan tanda pulang siswa-siswi SMA HARAPAN BANGSA, Siswa-siswi dengan muka ceria berhamburan dari ruang kelas. Remaja laki-laki berusia 15 tahun, tinggi, cakep, putih, dan berambut hitam tebal bersama teman-teman sebayanya dengan tawa dan canda keluar dari ruang kelas menuju pintu gerbang sekolah bersama teman-temannya. Sampai di pintu gerbang anak remaja laki-laki itu mengeluarkan BBnya dari saku celananya…
Bersambung…

cerpen - mister(i)

Huh dia lagi, dia lagi. Tak bisa aku lepaskan pikiran tentang dia yang sangat menjengkelkan itu. Setiap pagi, yang seharusnya aku senang dan semangat akan pergi ke sekolah dan bertemu dengan sahabat-sahabatku, malah menjadi pagi yang menjengkelkan dan tak bersemangat. Mengapa sih aku terjebak untuk menjadi ‘Teman’ sebangkunya, yang harus selalu di sebelahnya dan mengerjakan semua tugas bersama-sama? Ini semua gara-gara mobil rongsokan papa yang mogok saat di jalan.
Hari itu papa bersikeras agar aku naik mobil kesayangannya yang sudah tua itu. “Untuk keberuntungan hari pertama sekolah,” katanya dengan senyuman bangga. Eeh, tiba-tiba saat di jalan, mobil ‘keberuntungan’ papa menjadi mobil ‘sial’-ku. Mobil itu mogok di tengah-tengah jalan! Jadilah aku telat. Aku sudah berlari dengan sekuat tenaga, tetapi tetap saja aku telat. Untung sekolahku tidak seperti sekolah negeri biasa yang pagarnya ditutup jika bel sudah selesai berbunyi lagi. Teman-teman sudah duduk di kursi dengan rapih, dan penataan teman sebangku sudah selesai. Tersisa 1 tempat duduk di kiri tengah dengan cowok yang kupikir dapat menjadi temanku.
Memikirkan hari terburuk itu membuatku kehilangan nafsu makan. Omelet sedap dengan danging asap buatan mama yang ada di piringku tergeletak begitu saja menungguku untuk menghabiskannya. Maafkan aku Omelet, aku tidak bisa menghabiskanmu. Aku sudah kenyang dan enek memikirkannya. Tanpa berpikir panjang, aku pun beranjak dari kursi meja makanku.
“Pa, yuk berangkat!” ajak ku.
“Yuk!” sahut papa sembari mengambil tas kerjanya.
“Hati-hati di jalan ya sayang…” ujar mama.
“Iya!” sahut papa dan aku secara bersaman. Kita pun menaiki mobil baru papa, dan langsung menuju sekolahku.
Tak lama aku sudah berada di lobby sekolah. Perlahan aku turunkan kakiku dari mobil dan menuju kelasku. Kulihat dari jendela kelasku. Dia di sana, duduk di atas meja, bagaikan sedang menunggu seseorang. Aku tahu dia sedang menungguku, agar ia bisa mengejekku, menjahiliku, menggangguku, dan membuatku sangat-sangat kesal.
“ADELIA!” sahut salah satu sahabatku, Lizza. Ia adalah orang yang berisik sekali. Di belakangnya, menyusul sahabat-sahabatku yang lain, Thalita dan Dina. Mereka sudah menjadi sahabatku sejak tahun lalu. Sejak kita berempat kelas 1 SMA.
“Yuk masuk!” ajak Dina. Kita berempat pun masuk, dan mulailah penderitaanku untuk hari ini.
“Yaah, ada si tulang.”
“Apa sih Matias, belum juga gue duduk, udah ngoceh aja lo.” jawabku dengan muka sejutek-juteknya sambil duduk di sebelahnya. Ya, nama cowok yang menjengkelkan itu Matias. Jangan tertipu oleh namanya. Matias terdengar seperti nama anak yang cakep, dermawan, dan sangat caring, tetapi Matias yang ini, nggak ada mirip-miripnya sama Matias yang kalian pikirkan itu. Beda jauh banget.
“Muka kalau udah jelek, jangan tambah dijelekin.”
“Au ah gelap,” balasku.
“Yah jangan ngambek dong.. masa gitu aja ngambek. nanti cantiknya hilang loh.” ejeknya. Hari ini berlalu dengan ejekan Matias yang tiada hentinya.
“HEEY!” Lizza teriak dengan riangnya lewat telepon.
“Bosen nih Liz.” keluhku.
“Hmm.. Gimana kalau kita pergi jalan-jalan?” Lizza menyarankan, masih dengan suara riangnya.
“Ayo! Tapi kemana nih?” kita berdua berdiam sejenak, berdebat di kepala masing-masing untuk menentukan tempat yang akan terpilih untuk kita kunjungi hari Sabtu ini.
“Ragunan!” sahutku mendahuluinya. Tidak sempat ia menjawab, aku sudah cepat-cepat menutup teleponnya dan mulai menelepon Dina.
Kita ke ragunan menggunakan mobil Lizza, karena mobilku di pakai papa. Radio di mobil tiba-tiba memutarkan lagu 22 oleh Taylor Swift. Aku dan Lizza tahu betul kalau Taylor Swift itu artis kesukaannya Dina. Dina pun mulai kegirangan sendiri dan menyanyikan lagu tersebut. Aku dan Lizza memang tidak terlalu hafal lagu 22 itu, tetapi pada saat reff-nya mulai, kita pun bernyanyi bersama-sama dengan kencangnya.
“I don’t know about you, but i’m feeling twenty two, everythings gonna be alright if you keep me next to youuu! Hahahahaha” Kita pun bernyanyi dan tertawa dengan senangnya.
Tak terasa kita sudah sampai di tempat tujuan yaitu ragunan. Cepat-cepat kita lari ke tempat peminjaman sepeda agar dapat mendapatkan sepeda yang bagus. tetapi sesampainya di sana, sepeda yang ada hanya tersisa dua sepeda, yaitu sepeda untuk satu orang, dan sepeda gandeng untuk 2 orang. Kita memutuskan untuk meminjamnya saja, karena kita takut nanti malah tidak kedapatan sama sekali. Aku memakai sepeda yang untuk satu orang, sedangkan Lizza dan Dina memakai sepeda gandeng berdua.
Kita berkeliling ragunan sambil melihat lihat binatang-binatang yang kita lewati. Kita juga mengomentari binatang-binatang tersebut dan tertawa-tawa bersama-sama. Saat kita melewati monyet, kita sangat beruntung karena monyet-monyetnya sadang sangat lucu seperti sedang bermain-main dan berbicara dengan satu sama lain.
“Ya ampun mama, aku mau main!” Dina berkata seperti sedang mendialogkan si monyet yang kecil yang sedang bermain-main.
“Tidak anakku, kamu harus tidur siang.” Aku pun melanjutkan, mengikuti apa yang di lakukan oleh dina, dan kita tertawa lagi.
Hari ini adalah hari yang sangat amat menyenangkan. Tidak ada yang mengganggu, hanya aku dan sahabat-sahabatku bersenang-senang. Kita bertiga sedang tertawa terbahak-bahak karena cerita lucu yang barusan Lizza ceritakan sembari kita berkeliling Ragunan. Di depan ada turunan. Aku sangat suka jalanan yang menurun karena angin yang akan menghembus saat kita melewatinya, dan kita tidak perlu mengoes pedal sepeda.
“Wiiii!” seruku, sambil menutup mata sejenak asyik dengan rasa sejuk yang ku rasakan. Saat aku membuka mata, aku sudah berada di dekat ujung turunan. Aku pun cepat-cepat memencet rem agar tidak terlalu berbahaya, karena di ujung turunan ada belokan.
“Toloong!!” Aku bingung. Ku coba sekali lagi. Enggak bisa!
“TOLONG!” Aku mulai panik.
“LIZZA, DINA!!” Aku panik dan takut.
“ADEL! Rem Del!” sahut Lizza yang terdengar sangat jauh.
“ENGGAK BISA!! TOLONG LIZ, ENGGAK BISA DI REM! AAAH” Aku teriak, terdengar panik di suaraku.
“Eh ada si tulang. Rem dong nanti kalau jatuh kan berabe.” terdengar dari telinga sebelah kananku suara laki-laki yang sangat familiar. Kok ngos-ngosan? Sepertinya Ia sedang berolahraga. Tunggu, aku masih melaju kencang!
“MATIAS! TOLONGIN GUE! ENGGAK BISA DI REM!” teriakku dengan harapan dia dapat berubah menjadi baik. Sebenci-bencinya aku kepadanya, dialah yang paling dekat denganku yang memungkinkan untuk bisa menolongku.
“Ya ampun adelia!” terdengar suara hentakkan kaki yang sangat cepat di belakang.
“AAAH!” Aku takut. Bagaimana ini? Aku tak dapat berpikir apa-apa. Aku sangat takut. Mataku terpejam, takut untuk melihat.
“ADELIA!” suara Matias sudah dekat. Aku mulai agak lega. Mataku perlahanku buka, dan kulihat di sebelah kananku Matias dengan muka yang sangat amat panik mencoba untuk mendekat. Kucoba ulurkan tangan agar dapat tergapai oleh Matias, tetapi tangan kiriku menarik sepedaku ke sebelah kiri.
“Enggak bisa!” rengekku. Mataku sudah mulai berair. Kuulurkan tanganku untuk menyeka air mata yang sudah berjatuhan. Tak lama, aku merasakan benturan di sepedaku yang membuatku melayang dan dengan cepatnya aku menabrak sesuatu dengan posisi yang tidak enak. Aku bingung. Terasa tubuhku menabrak besi yang sepertinya pagar ragunan, dan pandanganku menjadi gelap seketika.
Kepalaku sakit. Badanku susah untuk bergerak. Ada apa ini? Mengapa aku seperti ini? Apa yang terjadi? Perlahan aku membuka mataku. Ah terang sekali. Kucoba sekali lagi. Nah, sudah tidak terlalu terang lagi. Dimana aku? Eh ada Matias! Dia ganteng banget sih. Siapa cewek-cewek yang berdiri di sampingnya? Ih jangan dekat-dekat Matias! Dia milikku! Aduh sakit. Aku tidak dapat beranjak dari tempat tidur ini.
“Matias” ya ampun suaraku jelek sekali. Mulutku terasa sangat kering. Tenggorokkanku sakit.
“Adelia!” serunya, langsung memberikanku minum. Aku tersenyum. Senang sekali mendengar suaranya. Mereka semua langsung menghampiriku. Aku merasa risih. Siapa sih mereka?
“Matias, aku dimana?” wajah mereka semua menunjukkan kebingungan.
“Kamu di rumah sakit del” Matias menjawab.
“Kenapa?” aku bingung dan panik.
“Kamu enggak inget kejadian kemaren?” Si cewek satunya bertanya. Yang ku ingat hanyalah suara matias memanggil namaku.
“Enggak. Kamu siapa sih?” Tanyaku sedikit jutek. Matias punyaku.
“Kamu enggak kenal aku?” Tanyanya lagi.
“Enggak. Aku juga gak kenal kamu” Aku menunjuk ke cewek satunya lagi.
Tiba-tiba papa dan mamaku datang tanpa mengetuk pintu. Ya ampun kalau saja mereka salah ruangan pasti malunya minta ampun, hahaha.
“Adelia!” Mama memanggil langsung menerobos matias yang tadinya ada di sampingku.
“Sayang! Kamu udah bangun? Enggak kenapa-kenapa kan sayang?” Tanya papaku.
“Iya pa, ma, Adel enggak apa-apa kok.” Jawabku sedikit memanja.
“Iya sayang, tadi kita sudah menanyakan susternya, katanya hari selasa Adel sudah bisa pulang.” Ujar mama sangat bersemangat. Aku sangat senang.
“Matias! Aku hari selasa sudah bisa pulang!” Seruku. Matias datang padaku, sedangkan dua orang cewek tadi keluar dengan mama dan papaku.
“Adelia, aku siapa?” Tanya matias seperti orang aneh.
“Kamu pacar aku lah…” Mukanya langsung terlihat panik, bingung, tetapi senang di saat yang bersamaan. “Kamu enggak apa-apa kan?” tanyaku untuk memastikan.
“Iya enggak apa-apa kok. Yang tadi barusan datang itu siapa?”
“Dua orang tadi? Mereka kan mama dan papaku. Kamu gimana sih, hahaha”
“Terus, yang dua cewek tadi kamu tahu enggak mereka siapa?” Tanyanya lagi. Astaga dia kenapa sih.
“Enggak tahu. Mereka siapa sih? Mereka mau mengambilmu dariku?” Muka Matias langsung panik. “Ya ampun, kamu selingkuh?” Tanyaku lagi. Aku sedih, kecewa. Semoga dia tidak selingkuh.
“Eh, enggak kok, enggak. Tunggu sebentar ya.” Matias langsung lari keluar. Tak lama kemudian, dokter dan semuanya datang. Ada apa ini?
“Adelia, kamu enggak inget dua cewek ini siapa?” Tanya dokter. Emang aku harusnya inget ya?
“Enggak dok. Ada apa sih ini?” Mereka tidak menjawabku. Yang mereka berikan hanyalah muka kasihan.
Adelia mengalami amnesia ringan. Tetapi kata dokter, semua hal yang Adelia lupa sekarang, tidak dapat kembali lagi. Walaupun Dina dan Lizza sudah mencoba membuat Adelia mengingat mereka, tetap saja gagal. Adelia tidak tahu kalau dia mengalami amnesia. Mama dan papanya menganggap Adelia tidak perlu tahu tentang kejadian yang menimpanya. Sekarang Adelia selalu bersama Matias. Matias senang, akhirnya Ia bersama dengan cewek yang disukainya, walaupun agak sedikit sedih cewek itu harus mengalami amnesia untuk menyukai Matias.
TAMAT
 

Fans