Kota
Palembang merupakan kota tertua di Indonesia
berumur setidaknya 1382 tahun jika berdasarkan prasasti Sriwijaya yang dikenal
sebagai prasasti Kedudukan Bukit. Menurut Prasasti yang berangka tahun 16 Juni
682. Pada saat itu oleh penguasa Sriwijaya didirikan Wanua di daerah yang
sekarang dikenal sebagai kota Palembang .
Pada
zaman dahulu, daerah Sumatra Selatan berupa hutan belantara. Puluhan sungai
besar dan kecil yang berasal dari Bukit Barisan, pegunungan sekitar Gunung
Dempo dan Danau Ranau mengalir di wilayah itu. Maka, wilayah itu dikenal dengan
nama Batanghari Sembilan. Sungai besar yang mengalir di wilayah itu di
antaranya Sungai Komering, Sungai Lematang, Sungai Ogan, Sungai Rawas, dan
beberapa sungai yang bermuara di Sungai Musi. Ada
dua Sungai Musi yang bermuara di laut di daerah yang berdekatan, yaitu Sungai
Musi yang melalui Palembang
dan Sungai Musi Banyuasin agak di sebelah utara. Sedangkan kota
Palembang yang
dikenal sekarang menurut sejarah adalah sebuah pulau di Sungai Melayu. Pulau
kecil itu berupa bukit yang diberi nama Bukit Seguntang Mahameru.Di sepanjang
wilayah itu dihuni oleh seorang dewi bersama dayang-dayangnya. Dewi itu disebut
Putri Kahyangan. Sebenarnya, dia bernama Putri Ayu Sundari. Dewi dan
dayang-dayangnya itu mendiami hutan rimba raya, lereng, dan puncak Bukit
Barisan serta kepulauan yang sekarang dikenal dengan Malaysia . Mereka gemar
datang ke daerah Batanghari Sembilan untuk bercengkerama dan mandi di danau,
sungai yang jernih, atau pantai yang luas, landai, dan panjang.Karena banyaknya
sungai yang bermuara ke laut, maka pada zaman itu para pelayar mudah masuk
melalui sungai-sungai itu sampai ke dalam, bahkan sampai ke kaki pegunungan,
yang ternyata daerah itu subur dan makmur. Maka terjadilah komunikasi antara
para pedagang termasuk pedagang dari Cina dengan penduduk setempat. Daerah itu
menjadi ramai oleh perdagangan antara penduduk setempat dengan pedagang.
Akibatnya, dewi-dewi dari kahyangan merasa terganggu dan mencari tempat lain.Alkisah
ketika Putri Ayu Sundari dan pengiringnya masih berada di Bukit Seguntang
Mahameru, ada sebuah kapal yang mengalami kecelakaan di pantai Sumatra Selatan.
Tiga orang kakak beradik itu adalah putra raja Iskandar Zulkarnain. Mereka
selamat dari kecelakaan dan terdampar di Bukit Seguntang Mahameru. Mereka
disambut Putri Ayu Sundari. Putra tertua Raja Iskandar Zulkarnain, Sang Sapurba
kemudian menikah dengan Putri Ayu Sundari dan kedua saudaranya menikah dengan
keluarga putri itu. Sang Sapurba adalah pewaris terakhir Kerajaan Sriwijaya.
Dia punya ambisi memelihara kebesaran kerajaan itu. Maka dia menjelajahi semua
bekas kerajaan yang sudah mulai terpecah-belah. Dia melakukan perjalanan mulai
dari Palembang ,
Tanjung Pura sampai ke Lingga dan Bintan, lalu masuk Sungai Kuantan sampai ke
Minangkabau. Setiap daerah yang dilaluinya menyatakan sembah setia sebagai
rakyatnya.
Sriwijaya
adalah kerajaan maritim terbesar di Nusantara, yang berjaya hampir lebih dari
300 tahun. Karena itu kebesaran Sriwijaya yang disangkutkan di bahu kekuasaan
Sang Sapurba, menimbulkan bayangan bahwa Sang Sapurba tidak lagi sebatas
manusia biasa, walaupun masa itu, alam Melayu sudah mulai mendapat sinar cahaya
Islam. Tak heran, jika Sang Sapurba-lah Raja Melayu yang mendapat panggilan
Yang Dipertuan sementara rakyat menyebut dirinya Patik, yang berarti anak
anjing yang belum celak (pecah matanya).Sang Sapurba harus tampil punya
kelebihan daripada orang kebanyakan bahkan dengan kemegahan yang luar biasa.
Dia harus menakjubkan dari segala penjuru kehadirannya. Pada masa dulu, sebelum
agama Islam dominan dalam dunia Melayu, kehebatan kekuasaan raja ditampilkan
dengan bahasa kesaktian. Sementara setelah Islam bersemi, kelebihan manusia
karena berkat kesalehannya disebut dengan kata keramat (karomah).
Ketika
Sang Sapurba dengan saudaranya turun dari Bukit Siguntang Mahameru pada malam
hari, maka tampak bernyala-nyala seperti api di atas bukit itu. Setelah hari
siang, dua orang yang membuat huma (ladang) yakni Wan Empuk dan Wan Malini,
melihat padinya berbuahkan emas, berdaun perak serta berbatang tembaga. Inilah
buktinya dalam bayangan mitos, betapa Sang Sapurba, bukanlah anak raja
sembarang raja.Kesaktian Sang Sapurba lebih mengherankan lagi. Betapa tidak,
semua anak gadis putri raja yang dikawininya malam hari, akan kena kedal tulah
(seperti kena campak) pada pagi harinya. Sewaktu rombongannya kekurangan air
minum di muara Sungai Kuantan (Sapat) maka Sang Sapurba mencelupkan kakinya ke
dalam air masin, lalu kemudian air berubah menjadi tawar. Lalu yang ke lima Sang Sapurba
menampilkan kekuatan semangat jiwanya dengan membunuh ular Saktimuna di
Kuantan. Ular ajaib itu tidak perlu dibunuh selalui tangan sang raja. Cukup
memakai kerisnya yang bernama Corek Semandang Kini. Setelah dipakai oleh hulubalang
Permasku Mambang keris itu, maka ditetaknya penggal tiga ular itu,
lalumati.Maka Demang Lebar Daun sebagai seorang Raja Palembang ketika itu, juga
khawatir jika putrinya Wan Sendari dipersunting oleh Sang Sapurba akan kena
kedal pula. Maka Demang Lebar Daun meminta Sang Sapurba bersedia berwadat
(bersumpah) sebelum mengawini putrinya. Maka ujudlah sumpah Sang Sapurba dengan
Demang Lebar Daun yakni Raja Sang Sapurba dan anak keturunannya tidak akan
menghina rakyat, sedangkan rakyat Melayu di pihak Demang Lebar Daun, tidak akan
durhaka kepada raja. Maka sejak sumpah itu,Sang Sapurba dipanggil dengan Yang
Dipertuan dan rakyat menyebut dirinya Patik. Sang Sapurba hanya dapat membunuh
rakyatnya, jika melakukan dosa besar dan memakai hukum syarak.Maka terjadilah
keajaiban setelah bersumpah-sumpahan atas nama Allah itu. Ternyata Wan Sendari
setelah menjadi permaisuri Sang Sapurba, tidak kena kedal tulah. Maka amatlah
sukacita Demang Lebar Daun. Diresmikanlah oleh Demang Lebar Daun, Sang Sapurba
menjadi Yang Dipertuan untuk seluruh tanah Melayu, sedangkan dia bertindak
sebagai mangkubumi.
Karena Bukit
Seguntang Mahameru berdiam di Sungai Melayu, maka Sang Sapurba dan istrinya
mengaku sebagai orang Melayu. Anak cucu mereka kemudian berkembang dan ikut
kegiatan di daerah Lembang. Nama Lembang semakin terkenal. Kemudian ketika
orang hendak ke Lembang selalu mengatakan akan ke Palembang . Pertumbuhan ekonomi semakin ramai.
Sungai Musi dan Sungai Musi Banyuasin menjadi jalur perdagangan kuat terkenal
sampai ke negara lain.Sementara itu, orang-orang banyak datang di sekitar
Sungai Musi dan Sungai Melayu tempat Bukit Seguntang Mahameru untuk membuat
rumah di sana .
Karena Sumatra Selatan merupakan dataran rendah yang berawa, maka penduduknya
membuat rumah yang disebut dengan rakit.Oleh karena itu, orang yang
telah bermukim di Sungai Melayu, terutama penduduk kota
Palembang ,
sekarang menamakan diri sebagai penduduk Sungai Melayu, yang kemudian berubah
menjadi penduduk Melayu. Berkemungkinan karena kondisi inilah maka nenek moyang
orang-orang kota ini menamakan kota ini sebagai Pa-lembang dalam bahasa melayu Pa
atau Pe sebagai kata tunjuk suatu tempat atau keadaan; sedangkan lembang
atau lembeng artinya tanah yang rendah, lembah akar yang membengkak
karena lama terendam air (menurut kamus melayu), sedangkan menurut bahasa
melayu-Palembang, lembang atau lembeng adalah genangan air.