Pages

Rabu, 22 Januari 2014

cerpen - my freaks holiday

Liburan menurut gue sangat membosankan ketika gue liburan bersama bokap sama nyokap gue, karena setiap liburan kami selalu ke rumah saudara. Tiada liburan tanpa ke rumah saudara itulah motto hidup keluarga kami. Sebenarnya sih biasa aja tapi lama kelamaan gue jadi takut ntar kalau gue suatu saat nikah nikahnya di tempat saudara juga, terus malam pertama juga gue habiskan di rumah saudara, bermain sama anak cucu di rumah saudara, pokoknya gue habisin waktu indahku bersama saudara tercinta. Tapi di libur lebaran tahun ini gue gak bosen lagi karena gue akan berangkat ke rumah saudara sendirian naik kapal. KEREEEN
Ini first time gue naik kapal sendiri, seperti halnya dalam berpacaran kita harus meyakinkan pasangan kita (baca: nyokap) agar percaya bahwa kita akan selamat dalam perjalanan, tetapi takdir mengatakan lain, karena gue anak kedua dari tiga bersaudara yang kebetulan abang dan adik gue manusia semua, nyokap gue sangat memberikan perhatian yang lebay bin jijay atau dalam bahasa spanyolnya over protective *memang iya*. Ini terbukti saat gue lagi packing untuk trip gue ke pinang besok, ketika hendak memasukkan beberapa baju dan tentunya kebutuhan inti gue “kolor” ke dalam tas, nyokap gue nyeletuk “ben, kok kolornya dikit, tambah lagi dong nanti kamu kehabisan kolor lho disana, di sana kan cuma ada nenek, kamu mau pake kolor nenek?”. “udah lah mah segini aja, ntar kalau kebanyakan bawa kolor disangka ke pinang bukan liburan tapi jualan kolor” seru gue. Entah kenapa dalam setengah jam kami habiskan berbincang tentang kolor.
Selepas berbincang tentang kain unyu berbentuk segitiga itu nyokap gue memulai pembicaraan yang aneh lagi “ben, nanti hati hati ya kalau kesana, kalau udah nyampe kabari mama terus jangan lupa beli tiket, pilih-pilih juga mbak-mbak yang jualan tiket jangan sampai kedapatan tante-tante berketek basah… bla… bla… bla…”. Gue ngebatin, apa hubungannya ketek basah dengan tiket? “Ya Allah maah, benny kan udah gede udah disunat, udah SMK lagi bukan anak kecil lagi yang dulu hobbynya guling-guling di aspal” balas gue. “tapi nanti kalau kamu diculik gimana?” nyokap mengancam. “aduh mah siapa sih yang mau nyulik anak gendut kayak benny, palingan penculiknya pasti bangkrut ngasih makanan pas benny disandera”.
Keheningan pun terjadi saat itu.
Mentari senja pun menyinari pagi indah bersamaan dengan lantunan suara ayam yang menambah kehangatan dalam menjalani perjalanan absurd gue ini. Tepat pukul 09:00 gue siap siap untuk cawww to my destination, setelah sungkeman cukup lama dengan Ratu Elizabeth super perhatian (baca: nyokap) gue langsung ngesot menuju taxi depan rumah gue, gue memilih taxi dengan warna macho disana, warna PINK. “Mas, Punggur ya!” kata gue mantap. “iya mas naik aja, anda tepat sekali dalam memilih taxi ini” seru sopir taxi berkumis lebat itu.
Setelah taxi pink yang dikendarai sopir berkumis lebat itu melaju setengah perjalanan, tiba tiba sang sopir berkumis lebat atau bisa kita panggil SBL membuka pembicaraan yang dapat menggetarkan dunia perfilman horror di Indonesia “hmmm, mas udah punya pacar?” kata sopir mantap. Kata kata yang tidak lazim dikatakan oleh sebiji sopir tua yang hobbynya main gapleh di warung kopi. Gue membalas datar “belum”. Gue gak mau melanjutkan pertanyaan “kenapa mas?” takut sang sopir SBL itu mengungkapkan perasaannya ke gue dengan memberikan sejuta bunga yang disembunyikan di dashboard mobilnya. “ah masak cowok seganteng mas belum punya couple?” seru SBL. gua menelan ludah terus pingin muntah di taxi itu, tapi karena gue sebagai orang ganteng professional *ceileeeh gue menjawab “ah mas bisa aja *senyum-senyum najong, belum sih mas, tapi saya lagi deket nih sama cewek” akhirnya gue pun jadi curhat sama si sopir SBL itu, mungkin karena faktor di sekolah gue kurang bergaul dengan teman normal yang bisa diajak bicara soal cewek, teman gue di sekolah berasal dari planet upil semua yang hobinya kalau setiap ketemu selalu cengengesan gak jelas, cerita gak jelas sampai berkelakuan gak jelas kayak koprol di tangga sekolah, mungkin seekor monyet di sirkus lebih berharga dari mereka.
“waduuuh tembak aja mass tembaaak, namanya siapa?” Sang sopir kelihatan seperti pembunuh bayaran. “maunya sih gitu tapi saya udah temenan deket banget sama dia jadi gak bisa bedain perhatiannya takut ke geeran, hmm namanya *tiiittt* sensor (untuk menyamarkan nama indahnya gue beri dia nama You Know Who di tulisan ini)” mirip nama yang diberikan harry potter kepada voldemort, mungkin karena hidungnya sama sama ceper.
“ohh, mas nya suka gak sama dia?” sang sopir ngomong tanpa ragu. “emm setelah sekian lama saya kenalan sama dia saya jadi suka sih mas habis dia orangnya unik, dia tuh bisa ketawa sama hal-hal yang juga saya ketawain ya mungkin buat orang biasa itu biasa aja, jadi nyambung deh” jawab gue mantap, mas sopir ini memang unyuu banget deh buat jadi teman curhat, gue punya rencana bakal best friend-an ama dia, kami bakal foto bareng, jalan bareng, cerita bareng sama mandi bareng. “mas dengar, semua cinta itu harus diungkapkan gak ada cinta yang gak diungkapkan kecuali sama orang yang terlalu mencintai dirinya sendiri” seru sang sopir SBL.
Mendengar statement maha dahsyat dari mas sopir itu gue langsung terdiam, ya terdiam sejenak mengingat kembali tentang kenangan-kenangan indah gue bersamanya saat sms-an, walaupun gue hanya menunjukkan perhatiannya lewat media itu, gue sudah merasa senang dapet menghiburnya, bukan masalah harta atau fisik tetapi ini soal kebahagiaan dari seorang yang kita cintai, dan ini gue baru dapet dari si You Know Who.
Rintik-rintik hujan pun turun menambah efek yang sangat pas saat hati ini sedang dimabuk asmara, gue ambil handset gue, gue nyalain lagu Find Yourself-nya Brad Paisley.
When you meet the one
That you’ve been waitin’ for
And she’s everything
That you wanted and more
And you look at her and you finally start
To live for someone else
And then you find yourself
That’s when you find yourself
We go through life
So sure of where we’re headin’
And then we wind up lost
And it’s the best thing that could have happened
‘Cause sometimes when you lose your way
It’s really just as well
Because you find yourself
Yeah, that’s when you find yourself
Memang lagu ini pas banget sama kondisi gue yang lagi dimabuk asmara, gue memang lelaki lemah yang butuh akan kasih sayang *ceileeeh. Untung tak dapat di raih malang tak dapat di tolak batre gue habis dengan indah, gue ngebatin “Kampreeet nih hape” emoticon marah.
Karena kedinginan hebat gue gak sengaja ketiduran di mobil sampe setengah jam gue dibangunin sang sopir unyu berkumis lebat atau kita panggil lagi SUBL. “mas bangun mas banguun!” seru sopir SUBL itu sambil menggoyangkan jempol gue yang lagi tiduran di belakang mobil, adegan ini seperti adegan di film action ketika sang sopir membawa bangkai anak gajah yang baru diburunya di ragunan. Gue pun merem melek kayak ngelihat britney spears lagi nyanyi lagu bang toyib. “eh iya mas sudah sampe makasih ya mas atas advicenya tadi, berapa mas?” gue tersenyum lebar ke arah sang sopir “iya sama sama mas, hmm semuanya jadi 60.000 ribu plus 40.000 ribu karena tadi mas sekalian konsultasi cinta ke saya”. Senyuman manis gue pun berubah jadi pahit sepahit muka adek gue ketika lagi ngeden
Rintikan hujan masih turun di pagi yang indah ini, dinginnya hujan dan angin yang menerpa tidak menyulutkan semangat gue untuk pergi ke Pulau Pinang walaupun gue sudah 214 kali kesana. Tepat pukul 10:00 dengan penuh bir*hi gue berlari kecil ke tempat loket tiket deket lobby pelabuhan punggur, seperti biasa orang penjual tiket selalu teriak teriak histeris kayak kemasukan jin alay saat menjual tiket “tiketnya kakak tiketnya yang ini aja kapalnya bagus berangkat sekarang fasilitas lengkap AC, WC, tempat duduk, TV, bed cover, kulkas 2 pintu *lho” lantang sang penjual tiket. Gue langsung menghindari area yang sudah terkontaminasi oleh radiasi nuklir tersebut takut kuping gua berdarah denger suara ultrasonik itu. Karena masih cinta masa depan gue langsung bergegas ke kapal, gue sudah punya rencana hebat buat beli tiket di kapal.
Saat gue udah berjalan beberapa langkah dengan indah ke hangar kapal, tiba tiba hape gue yang imut itu berbunyi keras di kocek sebelah kanan gue dengan ringtone lagu Bang Toyyib-nya Wali, karena gue stel nada getarnya keras di hape gue, sontak gue joget dengan cadas disana. Setelah gue lihat ternyata nyokap yang nelpon, “aduuuh gue kan buru-buru nih gimana ntar terlambat pula kapalnya” gue langsung reject aja. Abis itu gue langsung berlari ke kapal yang udah mau meninggalkan hangar, dengan semangat nasionalisme yang tinggi gue berlari lari, terus berlari menuju hangar layaknya Tom Cruise saat mengejar buronan bandar nark*ba di new york.
Sesampai di kapal gue langsung sms nyokap “mah benny udh smpe di kpl dgn slmat. Maaf tdi gk ngangkat telpon soalny buru2″ ketik gue sms. Berselang 5 menit nyokap gue bales “alhamdulillah nak, nah terus jangan lupa pegang erat karcisnya jangan sampai jatuh, terus kamu sudah makan, nanti beli aja makanannya di kapal, terus… blaa… blaa… blaaa” 540 karakter sms dibabat habis nyokap gue dalem satu kali sms, luar biasa. Terus gue jawab dengan singkat “Y”. Gue yakin pas pulang nanti gue bakal dikutuk jadi batu sama nyokap karena durhaka.
Kapal pun langsung berangkat gue duduk di kursi paling depan soalnya sekalian bisa nonton TV, tapi yang diputer di TV hanya lagu lagu dangdut koplo, gue langsung murung. Karena gua duduknya di pojok depan jadi gue bisa melihat secara langsung pemandangan menajubkan dari luar, hamparan pulau-pulau nan eksotis dengan sejuta keindahan di dalamnya menemani gue dalam kesepian ini, matahari yang memancarkan sinarnya membentuk alur indah di lautan, pemandangan indah ini hanya bisa gue dapetin disini *lebay
Selama satu jam kedepan gue akan berada di kapal ini sendirian dan duduk sendirian. Tapi takdir berkata lain tiba tiba datang orang berambut cepak, bermuka sangar dan berbaju basket lusuh yang memamerkan bulu keteknya yang rindang, gue punya ide kalau suatu saat gue kepanasaan gue bisa berlindung di dalem ketek om om ini, dan cirinya yang paling khas adalah kumisnya yang tebal dan menjutai indah di atas bibirnya yang seksi berwarna item. Entah kenapa hari ini gue sering ketemu sama orang berkumis tebal.
Tiba tiba om berbasket lusuh ketek rindang berkumis tebal atau bisa kita panggil OBLKRBT *mampus panjang banget* senyum ke arah gue yang menampakkan gigi serinya yang sudah copot satu. Gue membalas dengan senyum pepsodent. Satu jam gue jalani trip ini dengan suka cita bersama om OBLKRBT. Tidak seperti sopir taksi yang tadi, om unyu ini lebih banyak diamnya daripada ngomong aneh jadi gue bisa tenang untuk merenung tentang hubungan gue yang belum menemukan titik terang dengan You Know Who.
Terkadang gue bingung hubungan gue dengannya sudah deket banget tapi kenapa tidak ada kemajuan?, inilah pokok permasalahan yang masih mengambang 5 cm di kening gue. Padahal hubungan gue dengannya baik-baik saja, kami juga gak pernah berantem yang gak penting kayak “iihhh kok kamu tadi smsnya gak pake met pagi dulu sih” atau “ihh tadi malam kamu ucapin good night ke aku, sekarang kok enggak”, mungkin apa gue yang terlalu cemen buat ngatain hal yang sebenarnya ke dia?, ya menembak adalah satu-satunya alternatif bagi anak muda jaman sekarang *emang gue anak taun kapan?* untuk menyatakan perasaannya lewat kata kata verbal yang tersalurkan dari lubuk hatinya, kurang lebih itu definisinya. Tetapi karena gue orangnya bermental tempe yang kalau masuk rumah hantu di kepri hampir kecepirit, gue hanya bisa diam ketika bertemu dengannya, gue memang tipe cowok kuda laut yang kelebihannya adalah diam ketika ada orang.
Segala jenis usaha gue lakuin buat nyatain perasaan ke dia, pernah terpikirkan di benak gue ntar pas gue ngedate berdua dengannya di restaurant fastfood gue langsung joget joget india gak jelas menghampirinya supaya dia terpikat lalu joget sama sama di pohon pohon rindang sama air terjun. Tapi niat itu gue urungkan karena gue belum punya bulu dada yang lebat untuk menarik perhatiannya layaknya orang india yang punya bulu dada yang tumbuh liar.
Tapi dalam sejarah percintaan gue, gue gak pernah nembak cewek duluan. Gimana mau nembak, sebelum nembak aja udah di tolak duluan. Itulah salah satu faktor yang membuat gue dilema sampe sekarang. Dan juga sebenarnya gue bukan cowok tipe yang suka sama hal hal romantis, gue paling ogah nembak cewek, mendingan gue kawin sama anak kebo deh. Tapi cepat atau lambat pasti gue akan merasakan apa yang anak muda jaman sekarang *emang gue anak taun kapan?” lakukan terhadap pasangannya.
Dan juga gua gak mungkin pertahanin hubungan gue cuma gini gini aja, bisa bisa dia bisa kerebut oleh orang lain, gue pernah baca novel 5 cm karyanya Donny Dhirgantoro yang isinya pernah gue baca “the man have gotta to do” gue lupa artinya kamus gue ilang. Yang intinya “cowok pasti akan dapat apa yang dia mau”. Gue pasti gak selamanya akan mempertahankan gelar jomblo seumur hidup karena kurang keahlian soal menyatakan perasaan. Gak bisa gue bayangin pas umur 70 nanti gue masih jomblo yang merana, siapa juga yang mau sama kakek-kakek umur 70 tahun, mpok nori aja masih miki-mikir.
Setelah memikirkan hal itu gue langsung tertidur dengan pulas layaknya bayi gorilla yang sedang tidur. Memang kelebihan gue di dunia ini cuma tidur aja gue bisa tidur dengan kecepatan 40 km per jam *ceileeeh. Tapi setelah bangun dari tidur seperti dapet pencerahan oleh maha kuasa layaknya gue yang menemukan titik cahaya di dalam lorong yang gelap “gue harus sesegera mungkin melakukan hal itu” Batin gue dalam hati. Gue ingst kata kata om berkumis tebal yang di taxi itu “semua cinta itu harus diungkapkan gak ada cinta yang gak diungkapkan kecuali sama orang yang terlalu mencintai dirinya sendiri” inilah kata kata yang memotivasi gue buat melakukan hal yang menurut gue susah dijalani layaknya ngerjain UN dengan 10 mata pelajaran. gak peduli dia suka gue atau enggak, gak peduli dia emang perhatian ke gue atau enggak yang penting ntar gue bisa dapetin perhatiannya dan bilang jujur ke dia tentang perasaan gue selama ini.
1 jam perjalanan tepat pukul 11:00 kapal pun berhenti di hangar pelabuhan sri bintan pura. Selama 1 jam perjalan gue mendapat 3 hal berharga, gimana kita harus optimis dalam melakukan suatu hal. Dan gue juga belajar bagaimana cara mendapatkan kebahagiaan dari orang yang kita cintai, oh iya lupa gue juga harus menelpon ibu gue bilang kalau gue udah sampai di Pinang. Juga perhatian ibu yang harus kita hargai karena Who Knows bila seorang ibu itu tiada di dunia ini siapa lagi yang bisa ngasih kita perhatian seperti ini. Seorang ibu melakukan hal ini karena dia sayang dengan anaknya itu saja.
Cerpen Karangan: Urai Benny Novriady
Facebook: bennynofrianto[-at-]rocketmail.com
Urai Benny Novriady Anak SMKN 2 Batam yang humoris, idealis dan fantastis
biasa dipanggil Rey, Benny, ato Novi (pas mangkal)

0 komentar:

Posting Komentar

 

Fans