Dia sesekali melihat jam tangannya, rona merah di wajahnya serta
peluh yang sedikit demi sedikit turun dari pelipisnya karena terik
matahari di pinggir jalanan ini membuatnya terlihat semakin kesal. “udah
2 jam ditungguin juga huh kemana si tu orang!!” gumam Tania. Dia
kembali duduk dan sedikit meluruskan kakinya yang terlalu lama berdiri
menunggu seseorang.
—
“haduh, cewek kaya gitu mau ditemuin?” pikir Dika. Sesekali dia
melirik ke ujung jalan sana berharap cewek yang sedang berdiri di sana
menyerah menunggunya. Dia memutar-mutarkan handphonenya ingin mengetik
sesuatu namun handphone itu dimasukkannya kembali ke saku seragamnya.
“arrghh gila gila gila, temuin gak ya? Ntar dikira gak gentlemen lagi!!
ah masa bodo, gue harus temuin dia, harus!!” seperti ada suara-suara
dalam batinnya berebut memberikan solusi.
—
“Tania kan?” sapa Dika datar. Tania yang sedang sibuk melihat layar
di handphonennya tiba-tiba terkejut karena ada sesosok penampakkan cowok
ganteng di depannya.
“i-iyaa aku Tania, kamu Dika ya?” jawab Tania terbata-bata seakan-akan
ia memberitahu pada Dika kalau dia membuatnya gugup atau speechless
tepatnya.
“iya gue Dika, sorry buat lo nunggu lama” jelas Dika.
“eh iya gak papa kok baru bentar juga nunggunya hehe” terang Tania begitu polosnya.
Dika tahu Tania berbohong karena dia juga sudah menunggu sama lamanya
dengan Tania. Hanya disini, Dika bisa melihat Tania dengan jelas, tapi
tidak sebaliknya.
“ya udah gue anter lo pulang” senyum yang tadinya menghiasi wajah Tania,
kini mendadak hilang. “ini kan baru pertama kali ketemu, kok dia gak
ngajak aku jalan kemana dulu kek, masa langsung pulang huuftt” batin
Tania kesal.
Dika mengemudikan motornya seperti biasa, saat 5 menit lagi bel
sekolahnya berbunyi, padahal jarak dia dan sekolahnya masih 10 km lagi.
Ya dika suka banget ngebut di jalanan, dan sekarang dia lakukan bahkan
saat dia membonceng cewek di belakangnya yaitu Tania.
Tania menggigit bibirnya, dia merasa ada yang berbeda dari Dika,
sangat berbeda bahkan dalam hitungan jam sebelum mereka bertemu. Masih
teringat jelas tadi pagi dia dibangunkan dengan kata-kata manis dari
Dika,
“Selamat pagi cantik, bangun terus mandi yah nanti telat. Oh ya nanti
jadi kan aku jemput kamu pulang sekolah?” sapa Dika hangat.
“eh iya Dik, nanti aku tunggu di deket halte depan sekolah ya, bye” Tania menutup telfonnya.
“rumah lo dimana” teriak Dika dari balik helmnya membuyarkan lamunan Tania.
“eh,oh rumahku bentar lagi kok nanti kalau udah mau deket aku bilang” jawab Tania lirih.
Dika tak merespon, sepertinya dia sudah cukup jelas dengan apa yang Tania katakan walau terdengar pelan sekali.
“ka, udah disini aja” pinta Tania. Sontak Dika ngerem mendadak dan membuat kepala Tania terbentur helm Dika.
“auww, dasar ni anak gak bisa naek motor apa hiks” umpat Tania kesal.
Tapi itu tak berlangsung lama, karena setelah melihat wajah Dika, Tania kembali mengembangkan senyum termanisnya.
“makasih ya ka udah mau nganter pulang, salam kenal”.
Dan Dika pun hanya mengangguk dan langsung memutar balikkan motornya
kemudian pergi. Tania menatap punggung itu sampai motornya tak terlihat
lagi. Terlihat kekecewaan menggantung di wajahnya.
—
“ah sh*t!! gue ketipu sama fotonya, dia manis banget men” curcol Dika pada sahabat segengnya Aldin.
“yaelah, lu sih namanya juga dunia maya gak mungkin sesuai sama apa yang
lo harepin, cewek-cewek di dunia maya tuh muka editan haha” tawa Aldin
menanggapi curcolan temannya itu.
“mana gue terlanjur ngasih harepan lagi buat tu cewek, ntar kalo dia
jatuh cinta sama gue gimana? bisa berabe kan urusannya” timpal Dika.
“oke-oke sini deh gue kasih tau ka, biar tu cewek ilfeel sama lo hehe” bisik Aldin.
—
“kenapa coba aku mesti kasih nomorku ke cowok sialan itu? Seharusnya
kan gak sembarangan ngasih nomer di jejaring sosial kaya gitu” sesal
Tania.
Matanya mulai berkaca-kaca mengingat semua kenangan manis tentang Dika, perhatiannya, harapan yang dia kasih, semuanya.
Seminggu setelah pertemuan itu, Dika gak pernah terlihat dalam
keseharian Tania lagi. Sampai-sampai di dalam kelas, Tania selalu
mengecek layar handphonenya dan berharap ada tanda message dari Dika,
cowok yang telah mengambil hatinya saat ini. Tania mulai menyadari bahwa
dia bukanlah tipe cewek yang disukai Dika. Namun ia butuh kejelasan
mengapa Dika sempat memberikan harapan padanya walau Tania tahu, itu
cuma sekedar harapan palsu.
—
“eh bro, udah seminggu nih gue ngilang dari Tania, dan dia tambah
jadi-jadi aja tuh, masa statusnya di facebook sama twitter galau semua,
gue inget banget tuh dia bilang ‘jangan pernah memberikan harapan jika
kamu gak pernah berniat untuk mencintainya’ yaelah gue banget kan tuh
haha” cerita Dika puas.
Di ujung sana suara ngebass khas cowok menjawabnya “lu tuh ya, tukang PHP ternyata, kasian tau Tania” timpal Aldin.
“alah lu sendiri kan yang bilang gue harus buat dia ngejauh dari gue, iya kan?”
“iyaa sih, hadeh terserah lu dah play boy cap kodok” tawa Aldin di ujung sana.
Dan pembicaraan pun terputus.
—
Hampir 2 tahun berlalu sejak kejadian itu, tepat kelas 1 semester 2
Tania mengenal Dika dan merasakan adanya rasa yang telah ia tutup sekian
lamanya karena rasa itu hanya untuk Bayu, teman kecil masa SD Tania
dimana Tania begitu mencintai anak kecil itu. Mungkin inilah cinta
monyet anak SD, namun semenjak SMP, Tania dan Bayu harus berpisah karena
Tania pindah ke luar kota. Tetapi rasa yang ia pendam dari SD tidak
berubah sedikitpun sampai suatu ketika Tania bertemu dengan sesosok
makhluk menyebalkan namun tampan itu yang bernama Dika. Tania mampu
melupakan sedikit demi sedikit kenangan manis masa kecilnya.
—
“2 bulan lagi, ya 2 bulan lagi aku bakalan ngadepin hari bersejarah,
UJIAN NASIONAL. Gak nyangka kayanya dulu masih MOS deh, eh sekarang
tau-tau udah mau UN aja”
Tania sesekali tersenyum sendiri mengingat telah banyak yang ia lalui di
masa putih abu-abu ini, dan ia harus belajar keras agar bisa masuk
Perguruan Tinggi yang ia harapkan. Sahabat-sahabatnya yang selalu ada
setia nemenin Tania dalam suka duka, saling berbagi curhatan, yang
sama-sama ngecengin cowok-cowok pulang sekolah. Kenangan yang gak akan
terlupakan, apalagi buat kedua cowok itu, yang sampai sekarang masih ada
ruang di hati Tania buat kedua cowok itu. Entah siapa yang paling besar
menempati ruangan di hati Tania.
—
“eh Tan, pinjem hape dong mau fb’an nih hehe biasa pulsa sekarat”
rengek Erni sahabat dekat Tania yang paling pengertian sekaligus
pengeretan hehe.
“iya deh nih, ntar akun gue keluarin dulu aja” balas Tania.
“iya sip bos Tania yang paling cantik”
“idiih pake ngerayu-ngerayu segala lagi, gak ngaruh kale!!” ucap Tania sambil mencubit pinggang Erni.
Erni meringis kegelian. “haha rasain tuh” balas Tania.
Selang beberapa menit kemudian Erni mengganggu lamunanku yang lagi
asyik-asyiknya mengkhayal dapet nilai sempurna ketika Ujian nanti.
“hadeh apaan sih er?” kata Tania gemas.
“ini loh ada chat punya lu, mau dibales dulu ga? jawab Erni
Dengan malas Tania mengambil handphonenya untuk sekedar mengecek siapa
yang nge-chat dia. Dan tiba-tiba aja Tania melonjak-lonjak kegirangan
sambil sesekali menatap layar handphonenya sekedar memastikan dan ia
melompat-lompat lagi.
“heh non, lu sakit ya? obat lu abis ya?” canda Erni.
“haha erni sayaang, tau gak siapa yang ngechat gue?” Tanya Tania pura-pura bego
“Dia sang pangeran er, sang pangeran haha”
Akhirnya erni gak jadi pinjem hape Tania dia memilih untuk membiarkan Tania asyik dengan kebahagiaannya.
Dhika Ardinata
Hei apa kabar Tania?
Udah lama gak denger kabar kamu.. kangen niih hhe :*
Sent from mobile apps
Tania Lalitha
Iya baik hhe, kamu?
Sent
“yeess gue berhasil jawab sedatar mungkin” kata Tania puas.
Tania gka mau dia ketauan mencintai orang yang selama ini tak
memperdulikannya, ia harus bersikap sama dinginnya dengan perlakuan Dika
terhadapnya 2 tahun yang lalu. Tapi yang jadi pertanyaan apakah Tania
bisa?
—
Setelah mereka berdua kembali dekat, Tania merasa dia hanya
dimanfaatkan dengan Dika yang selalu memintanya untuk membawa handphone
saat Ujian Nasional dan Dika meminta kunci jawaban darinya. Awalnya
Tania menanggapinya dengan candaan bahwa ia mau membagi jawaban buat
Dika, buat cowok yang sampai detik ini masih ia sayang. Namun 2 hari
menjelang ujian, Tania berkata ia tidak bisa melakukan itu, ia takut
ketahuan dan bisa-bisa ia dikeluarkan dari kelas. Ia tidak mau mengambil
resiko terlalu jauh apalagi untuk masa depannya.
—
Dika sudah kehabisan akal untuk membujuk Tania, ia merasa buat apa
berteman dengan Tania lagi. Namun entah kenapa Dika benar-benar rindu
akan hadirnya Tania dalam hidupnya lagi.
—
Ujian berlangsung selama 4 hari dan semua Tania lewati dengan lancar.
Berkat ketekunannya belajar bahkan sampai harus menginap di rumah
gurunya sendiri untuk mendapatkan ketenangan dan bimbingan insentif
bersama sahabatnya erni tentunya.
“Alhamdulillah ujian udah selese er, tinggal belajar buat sbmptn nih,
pengen masuk UGM hehe” kata Tania pada Erni saat mereka makan mie ayam
bareng sepulang ujian hari terakhir.
“hehe gue mah ke UNPAD aja non” balas Erni
“yaahh masa kita gak barengan sih er?” rengek Tania dengan wajah innocent andalannya.
“yaelah tan kita harus mulai bersikap dewasa, kalo kita barengan terus
malah banyak hal yang buat kita menjauh nantinya karena pada sibuk
sendiri-sendiri. Lain halnya kalo kita jauhan, kita bakalan tetep
contact-contact’an dan ngerasa deket malah hehe” timpal Erni menasehati
Tania
“iya nenek hiks” balas Tania. Ya Tania suka memanggilnya nenek, karena
dia jadi nenek buat Tania yang selalu siap memberi nasehat dan petuah
khasnya untuk menenangkan Tania.
—
“aku sayang sama kamu, mau jadi pacar aku?”
Sesekali tania mengedip-ngedipkan matanya, menguceknya, lalu kembali
melihat layar di handphonenya, menutup mata kemudian melihat lagi dan
masih sama bukan mimpi, tertulis nama pengirim dan tanggal dikirimnya.
From: My Dhika :*
18/05/2013
“di-dika nembak gue ceritanya? OMG ini seriusan?” jerit Tania kesenengan.
Tania tahu cara Dika nembak sama sekali bukan seperti khayalannya di ftv
apa di novel romance yang sering ia baca. Tapi ini buat tania adalah
‘keajaiban’ setelah 2 tahun lebih memendam perasaan tanpa pernah memberi
tahu yang sebenarnya mengenai perasaannya. Dan sekarang, orang yang ia
cintai memintanya menjadi pasangan hatinya. Tania kemudian mengetik
sesuatu dengan cepat.
“kamu serius Dik? kok ga ada apa* tiba2 kamu bilang kaia gini? bisa kasih aku alesan?”
Sent to My Dhika.
Tak lama kemudian hp tania bergetar. Tania tak sabar segera membaca isi pesan tersebut
“aku serius, would you be my girl?”
“iyaa aku mau :’)”
Sent to My Dhika.
—
Sejak malam itu, Tania dan Dika resmi pacaran. Dika mulai memanggil
Tania dengan sebutan ‘sayang’. Kata-kata yang Tania selalu khayalkan
dalam mimpinya. Dan kini itu semua menjadi kenyataan. Namun Dika masih
dengan sifat cueknya, gak bisa romantis pikir Tania. Itu terlihat dari
cara Dika menembaknya waktu itu. Tapi Tania gak mau berpikir
macem-macem, yang dia tau saat ini, Dika mencintainya.
—
Ya, Tania telah banyak berubah semenjak 2 tahun yang lalu, dimana ia
pertama kali ketemu Dika sekaligus sebagai akhir pertemuan mereka,
sebelum segalanya berubah seperti sekarang. Tania mulai mengubah
stylenya, dia mulai mempercantik diri agar Dika menyesal dulu pernah
meninggalkannya. Dan benar saja, Dika sekarang kembali lagi bersamanya.
Sebenarnya itu cukup membuktikan kalau Dika hanya menilih seorang cewek
dari fisiknya saja. Namun karena cinta Tania yang begitu tulus untuknya,
dia tak pernah memusingkan hal itu.
—
“sayang, aku keterima di UGM, kamu jadi kerja di Jakarta?” Tanya Tania sambil tertunduk tak mau menatap Dika.
“iya aku berangkat bulan depan sayang, kamu serius mau kuliah disana?
gak di Jakarta aja?” balas Dika sambil menggenggam jemari Tania dengan
lembut.
“itu Universitas yang aku inginkan sayang, aku bingung di satu sisi aku
gak mau jauh darimu” ujar Tania seraya memeluknya semakin erat diselingi
isak tangis Tania di dada Dika.
“Tania sayang, memangnya ada apa dengan jauhnya jarak kita nanti? aku
tetap menyayangimu apapun yang terjadi. Kamu harus janji bakal jagain
cinta kita di hati ini ya? balas Dika sambil mengecup lembut kening
Tania.
“aku bakalan jagain ini semua buat kamu, aku janji”
Itulah janji yang akan Tania pegang sampai tiba waktu mereka untuk kembali bersama.
—
Tania sesekali membetulkan letak tas punggungnya, ia menatap kosong
hiruk pikuk Malioboro. Angkringan kopi malam itu diterangi berbagai
lampu petromax dan pohon-pohon yang dihiasi lampu menambah sempurnanya
malam-malam di Jogja. Begitu kentalnya nuansa kenangan nan syahdu
ditambah musisi jalanan yang setia mengiringi para pelancong dengan
karya-karyanya yang membuat suasana semakin romantis.
Tania melangkahkan kaki menuju kedai kopi langganannya, sekedar
melepas penat seusai kuliah, ia ingin mengendurkan syaraf-syarafnya yang
bekerja seharian diperas melalui tugas-tugas yang menumpuk dengan
deadline bersamaan. Malioboro seakan mengerti bagaimana membingkai
kenangan seseorang di dalamnya, Malioboro jadi saksi kenangan Tania dan
Dika sesaat sebelum Dika berangkat ke Jakarta, disini banyak hal
romantis yang Dika lakukan buat Tania.
“aku cewek beruntung yang bisa memilikimu sayang” ucap Tania sambil sesekali mengusap sesuatu yang basah di ujung matanya.
—
Karena sepanjang jalan itu Tania melamunkan Dika yang berharap ada di
sampingnya saat ini, sampai-sampai ia tak sadar telah menabrak
seseorang.
“aduh eh sorry gak sengaja” jelas Tania ketakutan sambil terus meminta maaf.
Namun Tania merasa ada sesuatu dalam darahnya yang mengalir begitu
cepat, jantungnya semakin berdegup tak karuan, saat matanya bertemu
dengan sorot mata yang sama, mata yang dulu pernah menatapnya lain, mata
yang selalu membuat ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dialah
pemilik hati Tania. Yaitu mata pada sesorang yang hidup dalam hatinya
setelah 8 tahun lamanya, dan kembali dimunculkan dalam kenyataan di
hadapannya sekarang.
“Ba- Bayu?” ucap Tania lirih.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar