Pages

Selasa, 17 September 2013

pemusik tak bersuara

Herankah Anda bahwa sebuah pagelaran musik berkelompok harus dipimpin oleh seorang yang membelakangi penonton dan melambaikan tangan? Hanya pagelaran musik Barat khususnya musik klasik yang menerapkan hal demikian. Pop dan rock culture murni umumnya tidak menerapkan demikian. Di Timur jarang ada peran yang seperti itu, apalagi musik tradisional Indonesia yang dikomandani tetabuhan gendang. Lalu siapakah orang ini?
conducting_d015.jpg
Dirigen atau konduktor biasa orang itu disebut. Istilah dirigen diambil dari bahasa Jerman Dirigent yang berarti orang yang mengarahkan. Sedangkan konduktor dari bahasa Inggris yang berarti menyalurkan. Pada dasarnya fungsi kedua istilah ini tepat karena sang orang tersebut memang bertugas mengarahkan dan juga menyalurkan isi musik kepada para musisi.

Di Eropa abad pertengahan, seperti di tempat lain, posisi ini sama sekali belum muncul. Pagelaran musik pun sangat terbatas bagi keluarga kerajaan dan gereja. Kelompok paduan suara hanya eksis ekslusif di kalangan gereja. Kelompok pemusik instrumen maupun penyanyi pun anggotanya masih sangat sedikit.
Kondisi ini menyebabkan pagelaran cukup dipimpin oleh salah seorang penyanyi maupun musisi kelompok itu untuk memberikan tanda masuk bagi paduan suara ataupun ensemble. Setelah itu semua kegiatan bermusik diserahkan kepada individu dan kekompakkan cukup disusun atas saling mendengar dan kontak mata, persis seperti band pop rock saat ini. Maka dari itu pemimpin paduan suara kala itu disebut cantor (artinya penyanyi) ataupun kepala (principal) bagian biola disebut concertmaster (artinya pemimpin konser).
Bersamaan dengan bertambahnya jumlah anggota pemusik, jenis alat musik, dan semakin rumitnya komposisi musik, semakin dibutuhkan pula seseorang yang tugasnya khusus memberi aba-aba bagi pemusik dan penyanyi. Muncullah pekerjaan dirigen. Fenomena ini muncul sejak akhir abad ke-17.
Saran Wagner
Namun sebelum zaman Romantik Wagner di paruh kedua abad ke-19, dirigen hanya bertugas memberi aba-aba tanda masuk dan mengetuk tempo lagu, agar semua masuk bersama-sama dan musik terdengar merdu di telinga sesuai yang ditulis oleh komposer.
chrisconducting2.jpgRichard Wagner, seorang komposer besar, inilah yang memberikan beban baru dalam profesi dirigen. Ia menekankan perlunya seorang dirigen menjadi seorang konduktor bagi musik yang dipimpinnya. Seorang dirigen harus mencerminkan pribadi dan mengekspresikan dirinya lewat musik yang dimainkan oleh pemusik maupun penyanyi.
Jadi bukan hanya sekedar menjamin musik dimainkan sesuai dengan yang ditulis di atas kertas, tetapi dirigen juga memberikan penafsiran pribadinya atas not-not yang tertera di atas kertas itu. Perannya bukan lagi membacakan puisi nada, tetapi juga berpuisi bersama penyair lewat setiap kata yang sudah tertulis.
Dirigen berubah menjadi seorang interpreter not-not tertulis. Dirigen yang biasanya entah merangkap sebagai pemusik, penyanyi maupun komposer akhirnya lebih mengkhususkan diri pada kegiatan interprestasi musik.
Tanpa Suara
Dalam perannya sebagai pengaba, dirigen harus berkonsetrasi penuh pada musik yang terjadi di sekelilingnya. Fungsi utamanya pun bukan sebagai pemusik yang dapat mengeluarkan suara, apalagi mengeluarkan suara pada saat mengaba yang dapat mengganggu musik itu sendiri. Maka dari itu, kontak mata dan bahasa isyaratlah yang menjadi sarana utama dalam berkomunikasi dalam pagelaran.
concert.jpgKarena gestures/bahasa tubuh inilah seringkali tugas dirigen menjadi tugas yang ‘memalukan’. Seseorang harus bergerak untuk menginspirasi orang lain dalam bermusik seringkali terasa aneh karena gerakan bukan menjadi tujuan utama dari conducting seperti penari. Tujuan utamanya malahan suara yang dihasilkan oleh pemusik yang dimotivasi oleh gerakan sang konduktor. Walaupun demikian inilah tugas sang konduktor. Dan karena alasan ini pula seorang dirigen dapat bergerak semaunya asalkan suara yang dihasilkan oleh pemusik sesuai dengan apa yang diinginkannya.
Selain itu walaupun ada standar khusus bahasa tubuh di kalangan pengaba dan pemusik, namun kunci utama dari suatu penampilan adalah latihan bersama. Latihan ini dibutuhkan karena bagaimanapun juga bahasa isyarat memiliki keterbatasan, sehingga komunikasi verbal tetap dibutuhkan untuk mengarahkan dan menyamakan persepsi dalam bermusik.
Semua bagian yang perlu dijelaskan, diulang, dimengerti atau dikompromikan dilakukan pada saat sesi latihan. Pada saat penampilan sang dirigen tidak lagi berhak bicara dan ia harus mempercayakan bahasa tubuhnya untuk mengekspresikan musik yang ditulis dan dibayangkannya.
Dirigen adalah sebuah tugas yang didaulat untuk menjembatani komunikasi baik antar pemusik maupun dengan sang komposer sendiri dan tentunya kepada para penonton. Maka dari itu adalah tanggungjawab bagi dirigen untuk mempelajari musik yang akan dipimpinnya sehingga ia memperoleh gambaran besar dari musik yang ingin dipersembahkan. Dengan pengetahuan dan interpretasi itulah ia dapat membagikan perasaan maupun menjembatani komunikasi pemusik baik secara verbal maupun melalui gestures.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Fans