Pada saat yang sangat kritis ini
muncullah sebuah bintang pada malam yang gelap gulita, sinarnya semakin terang
membuat malam menjadi terang benderang, ia bukan bintang yang biasa, tapi
bintang yang sangat luar biasa, bahkan matahari di siang haripun malu
menampakkan sinarnya karena bintang ini adalah maha bintang yang terlahirkan ke
muka bumi, ialah cahaya dalam kegelapan, ia adalah cahaya di dalam dada, ia
dikenal dengan Nama Muhammad, menurut sejarawan bintang ini tepat terlahir
tanggal 17 Rabi’ul Awwal (12 Rabi’ul awwal menurut mazhab sunni) 570 M,
bintang ini tak pernah padam walaupun 14 abad setelah ketiadaannya, bahkan ia
semakin terang dan semakin terang, dari bintang ini terlahir 13 bintang yang
lain, yang selalu menjadi hujjah bagi bintang-bintang yang sulit bersinar
lainnya di setiap zamannya. Ia memiliki silsilah yang berhubungan langsung
dengan jawara Tauhid melalui anaknya Ismail AS, yang dilahirkan melalui
rahim-rahim suci dan terpelihara dari perbuatan-perbuatan mensekutukan Tuhan.
Ia begitu suci sehingga Tuhan memerintahkan kepada Para Malaikat dan Jin untuk
bersujud kepada Adam, karena cahayanya dibawa oleh Adam AS untuk disampaikan
kepada maksud, ia adalah rencana Tuhan yang teramat besar yang langit dan bumi
pun tak kan sanggup memikulnya.
Peristiwa kelahiran sang bintang
dipenuhi dengan kejadian-kejadian yang luarbiasa, dimulai dengan peristiwa
padamnya api “abadi†di kerajaan Persia, hancurnya sesembahan batu di sana,
dan penyerangan pasukan bergajah untuk menghancurkan Ka’bah, yang di kemudian
hari menjadi kiblat baginya dan ummatnya sampai akhir zaman, namun tentara yang
besar ini dihancurkan oleh burung-burung yang dikirimkan oleh Sang Pemilik
kiblat (Ka’bah), karenanya tahun ini dinamakan tahun Gajah. Sudah menjadi
tradisi kelahiran manusia luar biasa harus juga didahului peristiwa yang luar
biasa. Muhammad namanya, ayahnya bernama Abdullah, Ibundanya Aminah, kedua
orang tuanya berasal dari silsilah yang mulia yang merupakan keturunan Jawara
Tauhid (Ibrahim AS). Abdullah lahir kedunia hanya untuk membawa nur Muhammad
dan “meletakkannya†ke dalam rahim Aminah, Sang isteri saat itu mengandung
(2 bulan) bayi yang kelak menjadi manusia besar. Setelah lama kepergian sang
suami, sang isteri merasakan kesepian yang amat dalam, walaupun suaminya selalu
berkirim surat. Namun pada saat lain surat tidak lagi ia terima, begitu riang
hatinya ternyata ia melihat rombongan dagang suaminya telah pulang, tapi Ia
amat terkejut karena tak dilihatnya suaminya, datanglah seseorang dari
rombongan tersebut yang menyampaikan berita kepada Aminah, mulutnya begitu
berat untuk mengucapkan kata – kata ini kepada wanita ini, ia tidak sanggup
mengutarakannya, namun akhirnya terucap juga bahwa sang suami telah berpulang
ke hadirat Allah Swt dan dimakamkan di abwa.
Begitu goncang hatinnya
mendengarkan hal ini, tak sanggup menahan tangisnya, ia menangis menahan sedih
dan tak makan beberapa hari, namun ia bermimpi, dalam mimpinya seorang wanita
datang dan berkata kepadanya agar ia menjaga bayi dalam janinnya dengan baik
– baik. Ia berulang kali bermimpi bertemu dengan wanita tersebut yang
ternyata adalah Maryam binti Imran (Ibu Isa as). Dalam mimpinya sang wanita
mulia ini berkata : “Kelak bayi yang ada didalam rahimmu akan menjadi manusia
paling mulia sejagat raya, maka jagalah ia baik – baik hingga kelahirannya.
Saat ayahanda Muhammad yang mulia ini
Wafat dalam usia 20 tahun (riwayat lain – 17 tahun), sang bintang kita ini
sedang berada dalam kandungan ibunya, beberapa tahun kemudian Bunda Sang
bintang menyusul suaminya dan dimakamkan di Abwa juga. Muhammad dibawa pulang
oleh Ummu Aiman dan diasuh oleh kakeknya, belum lagi hilang duka setelah
ditinggal Sang Bunda, ia pun harus kehilangan kakeknya ketika umurnya belum
lagi menginjak delapan tahun. Setelah kepergian sang kakek, sang bintang
(Muhammad) diasuh oleh pamannya, Abu Tholib, seorang putra Abdul Mutholib yang
pertama menyatakan keimanannya kepada kemenakannya sendiri (Muhammad). Pemandu
ilahi selalu saja dipilihkan oleh Ilahi untuk memiliki profesi sebagai seorang
gembala, melalui profesi ini beliau mengarungi beberapa waktu kehidupannya
untuk menjadi “gembala†domba yang lebih besar, inilah pilihan Ilahi yang
memilihkan baginya sebuah jalan dimana hal ini penting bagi orang yang akan
berjuang melawan orang-orang hina yang berpikiran sampai menyembah aneka batu
dan pohon, ilahi menjadikannya kuat sehingga tidak menyerah kepada apapun
kecuali keputusan-Nya. Ada penulis sirah yang mengutip kalimat Nabi berikut
ini, “ Semua Nabi pernah menjadi gembala sebelum beroleh jabatan
kerasulan.†Orang bertanya kepada Nabi,†Apakah Anda juga pernah menjadi
gembala?†Beliau menjawab,†Ya. Selama beberapa waktu saya menggembalakan
domba orang Mekah di daerah Qararit.â€
Sang bintang terlahir
bukan dari kalangan orang yang teramat kaya, belum lagi ia dilahirkan sebagai
seorang yatim, dan telah kehilangan Ayah, Ibu di masa kecil sebagai tempat
bernaung, apa yang dapat dikatakan oleh anak kecil yang telah kehilangan kedua
orang tuanya sedangkan dia sendiri masih membutuhkan naungan kedua orang tua
dan kasih sayang mereka. Mari kita masuk ke jazirah Arabia lebih jauh lagi,
kita dapat melihat bahwa kondisi keuangan Muhammad terbilang cukup sulit.
Muhammad terkenal dengan kemuliaan rohaninya, keluhuran budi, keunggulan ahklaq
dan dirinya dikenal di masyarakat sebagai “orang jujur†(al-Amin), ia
menjadi salah seorang kafilah dagang Khodijah yang terpercaya dan Khodijah
memberikan dua kali lipat dibandingkan yang diberikannya kepada orang lain.
Kafilah Quraisy, termasuk barang dagangan Khodijah, siap bertolak, kafilah tiba
di tempat tujuan. Seluruh anggotanya mengeruk laba. Namun, laba yang diperoleh
Nabi lebih banyak ketimbang lain. Kafilah kembali ke Makkah. Dalam perjalanan,
Sang bintang melewati negeri ‘Ad dan Tsamud. Keheningan kematian yang menimpa
kaum pembangkang itu mengundang perhatian sang bintang.
Kafilah mendekati
Mekah, Maisarah, berkata kepada sang Bintang, “Alangkah baiknya jika Anda
memasuki Mekah mendahului kami dan mengabarkan kepada Khodijah tentang
perdagangan dan keuntungan besar yang kita dapatkan.†Nabi tiba di Mekah
ketika Khodijah sedang duduk di kamar atasnya. Ia berlari turun dan mengajak
Nabi ke ruangannya. Nabi menyampaikan, dengan menyenangkan, hal-hal menyangkut
barang dagangan. Maisarah menceritakan tentang Kebesaran jiwa Al-Amin selama
perjalanan dan perdagangan. Maisarah menceritakan “Di Busra, Al-Amin duduk di
bawah pohon untuk istirahat. Seorang pendeta, yang sedang duduk di biaranya,
kebetulan melihatnya. Ia datang seraya menanyakan namanya kepada saya, kemudian
ia berkata, ‘Orang yang duduk di bawah naungan pohon itu adalah nabi, yang
tentangnya telah saya baca banyak kabar gembira di dalam Taurat dan Injil.
Kemudian Khodijah
menceritakan apa yang didengarnya dari Maisarah kepada Waraqah bin Naufal, si
hanif dari Arabia. Waraqah mengatakan, “Orang yang memiliki sifat-sifat itu
adalah nabi berbangsa Arab.
0 komentar:
Posting Komentar