Pages

Sabtu, 24 Mei 2014

Teman... Tolong !

Ketika kamu berhasil, teman-temanmu tau siapa kamu
ketika kamu gagal, kamu tau siapa teman-temanmu.
Hari itu seperti biasa aku pergi ke TPA untuk mengaji. Disana teman-temanku sudah menunggu di taman bermain. Gedung TPA-ku ini merupakan gedung taman kanak-kanak dengan 3 ruang utama dan di sampingnya untuk anak-anak TK dan pada sore hari digunakan oleh kami, para santri TPA.
“Buk!” Suatu suara terdengar ketika kami asyik bergurau.
“Puket-Puket!!” Seru seorang temanku, puket maksudnya alpukat. Buah yang besar itu pasti jatuh dari pohonnya sehingga menghasilkan suara sekeras itu. Di samping taman bermain terdapat bukit kecil dengan bangunan yang belum rampung pengerjaannya dengan beberapa pohon alpukat di sekitarnya. Karena belum waktunya masuk kelas, kami memutuskan untuk mencarinya.
Lama sekali kami mencari, namun tak mendapatkan apapun. Sampai seorang teman kami berteriak dari kelas.
“Hoy! Masuk!” Teriaknya. Spontan kami langsung berlari menuruni bukit itu. Aku adalah yang paling lambat di antara teman-temanku juga yang paling ceroboh. Hal itu membuat aku tertinggal dan mencelakakan diriku sendiri.
“Hey! Tolong!” Aku berteriak meminta tolong seraya melepaskan sesuatu dari kakiku. Itu adalah sebuah paku yang menembus kayu. Paku itu tak sengaja ku injak sehingga tertancap ke kakiku.
“Hey! Tolong aku dong!” Aku berteriak lagi, kini lebih keras. “Sayup-sayup ku mendengar mereka berkata ‘samperin gih!’ Pada akhirnya seorang temanku menghampiriku. Ia terlihat kaget melihat keadaanku. Ia lalu membantuku berdiri. Aku jalan terpincang-pincang dengan kaki bersimbah darah. Semua orang menanyakan keadaanku. Aku mencoba meyakinkan mereka bahwa aku baik-baik saja, walau dalam hati aku kesal karena mereka tidak menolongku tadi.
Bu guru membersihkan lukaku dengan air hangat. Aku menangis sejadi-jadinya, perih sekali. Apalagi ketika temanku berkata tentang kemungkinan tetanus karena paku yang kuinjak sudah berkarat. Aku membayangkan aku hanya punya sebelah kaki, uh! Menyeramkan. Ada hal lucu ketika aku sedang menangis, seorang temanku entah hanya bergurau atau memang berniat menghiburku. Ia menyanyikan lagu Anang Hermansyah yang ia plesetkan.
“Tenang, Tenang, Temanku sayang.. Jangan menangis.. Aku disini..” Semua orang tertawa tak terkecuali aku.
Ayahku segera datang setelah bu guru menelponnya dan memberitahu keadaanku. Akhirnya akau di suruhnya pulang dan tidak mengikuti kegiatan mengaji.
Sesampai di rumah, ayah menyuruhku tidur. Ia membuatkanku ramuan penyembuh luka. Apa itu? Hanya kunyit yang dihaluskan lalu ditempelkan pada lukaku.
Beberapa hal aku pelajari dari kejadian itu. Bahwa kunyit dapat menyembuhkan luka dan mencari teman yang dapat menolong kita ketika kita sedang terpuruk itu sulit.
Suatu hari ayah membuatkanku jus Alpukat. Sayang ia tidak menambahkan susu coklat, sebagaimana kesukaanku, sehingga aku menolaknya.
“Kemaren-kemaren aja, demi puket kaki sampe berdarah-darah”
Aku hanya menyeriangai.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Fans