Sejarah Kota Palembang memang penuh
misteri, disamping ceritanya tidak sinkron juga datanya kurang akurat,
disebabkan "sumber data atau sumber sejarahnya' sangat sedikit bahkan bisa
dibilang tidak ada samasekali. Apakah penyebabnya, kurang diketahui, mungkin
saja watak orang Palembang yang dikenal sebagai "kota dagang" ini
menyebakan mereka kurang tertarik terhadap "penelitian yang bersifat
sosial", mungkin juga watak praktis dan taktisnya wong Palembang.yang
tidak mau beripikir njelimet alias mumet. Jadi bisa disimpulkan sangat sedikit
mereka yang menaruh perhatian sejarah dan penelitian sejarah. Sebut saja
Universitas mentereng semacam Unsri sammpai saat ini belum ada namanya fakultas
sejarah atau pun hal lainnya, yang ada memang ada dari Fakultas Keguruan dan
Pendidikan tetapi itulah yang jadi alumninya paling banter jadi guru sejarah,
padahal diketahui bahwa Kota Palembang adalah salah satu kota tertua di
Indonesia, bahkan bisa dibilang se-Asia Tenggara. Belum lagi cerita
kontrovesialnya tentang Kerajaan Sriwijaya, walau banyak bukti dari sudut
arkeologi tetapi ini belum "menjamin" Kota Palembang sebagai pusat
dari Kerajaan Sriwijaya, mungkin setelah ada surat atau naskah otentik yang
menyebutkan secara jelas, bahwa Kota Palembang memang benar "Sriwijaya
yang berpusat di Kota Palembang" jadi selagi belum ditemukan bukti
validitasi sejarah Sriwijaya, maka Kota Palembang, masih 75%, belum 100% persen
benar sebagai kota Sriwijaya.
Untuk itulah dalam kesempatan ini,
kita mengajak dan mengimbau kiranya generasi muda Palembang atau Sumsel
tertarik untuk melakukan penelitian sejarah, mudah-mudahan Unsri dan perguruan
tinggi lainnya akan ada fakultas sejarah dan kebudayaan berikut guru besarnya
setidaknya bertitel S3 atau Profesor Ahli. Begitupun dengan sejarah lainnya
semacam Ratu Senuhun Sabo Ing Kingking (Sabokingking, Lemabang 3 Ilir
Palembang) disini diebutkan
15
ada makam kuno (pemakaman kuno Raja-raja Palembang) yang
diyakini adalah makam Islam peninggalan dari masa sebelum Palembang resmi berbentuk
Kesultanan (kerajaan Islam yang Kaffah, yang seutuhnya) dibawah naungan
(protektorat,perlindungan Kerajaan Jawa Mataram, rajanya yang di Palembang
hanya disebut sebagai "Pangeran atau Ratu Jamalluddin Mangkuraj"
namun biasanya setelah wafat hanya disebut "Pangeran Sido Ing",
diantaranya raja-raja ini ada yang bernama atau bergelar Ratu Senuhun Sabo Ing
Kingking, (Sabo : tempat - Kingking : bersedih) apakah ia adalah seorang wanita
yang kemungkinan adalah istri dari raja yang berkuasa (Mataram hanya
menyebutnya sebagai adipati, setingkat gubernur) yaitu Pangeran Seda Ing
Kenayan.(memerintah antara 1639-1650). Pengertian "Ratu" dalam kamus
jawa kuno adalah seorang raja atau pemimpin jadi belum tentu seorang wanita
seperti pengertian masa kini. Seperti Raja Majapahit kadang disebut "Ratu
Senuhun" (Senuhun berarti yang dimulyakan) begitu pula dengan riwayat Ratu
Bagus Sekuning kadang disebut sebagai makam seorang wanita tetapi banyak pula
yang menyebutkannya sebagai seorang laki-laki yang berasal dari Kesultanan
Banten, Jawa Barat, yaitu bernama asli Tubagus Kuning. Mudah-mudahan dengan
penelitian yang dalam dan detail maka didapatlah "kejelasan dari segala
sejarah Kota Palembang" juga sangat diharapkan ada perhatian dari pihak
luar semacam Demak, Giri, Banten, Ceribon, Solo dan kaum akademisinya berkenan
meneliti secara jelas sejarah Kota Palembang.
0 komentar:
Posting Komentar