Aku hanya membutuhkan waktumu untukku. karena setiap hari, kau hanya
berkutat dengan pekerjaanmu. Kumohon, berikan waktumu sedikit untukku.
Karena aku tak yakin bisa menemanimu lebih lama –Kim Ji Woo—
#Author’s POV
Gadis itu menutup pintu apartementnya kasar. Dia benar-benar terlihat
lelah saat ini. Pikirannya pun kini entah melayang kemana. Perasaan
marah dan kecewa kini benar-benar memenuhi hatinya setelah mendengar
sebuah kabar dari kekasihnya tadi. Setelah pulang dari tempat sang
pujaan hatinya tadi, gadis berambut hitam panjang itu langsung pulang
dengan keadaan kesal yang menggebu-gebu. Bagaimana tidak? Kekasihnya
tadi baru saja mengatakan bahwa dia akan pergi ke Indonesia lusa untuk
pekerjaannya. Padahal, baru 4 hari yang lalu pria itu bilang padanya
jadwal keluar negerinya sedang kosong.
Gadis yang bernama Kim Ji Woo itu memang mempunyai seorang kekasih
berstatus seorang artis yang sangat terkenal. Kekasihnya ialah Lee Dong
Hae, personil boyband Super Junior. Pria tampan dan mempesona itu memang
sedang terkenal saat ini dengan grupnya. Dan tak jarang, ia sering
pergi karena jadwalnya yang padat dan meninggalkan kekasihnya sendiri.
Memang awalnya tak pernah disangka bahwa dia -Kim Ji- bisa berpacaran
dengan idolanya sendiri. Tapi inilah hidup, sungguh sangat misterius.
Dan hal ini sangat membuat dirinya bahagia.
Kim Ji menghempaskan dirinya di sofa apartementnya ini dengan kasar.
Nafasnya tak teratur dan mirip dengan orang yang sedang marah.
Pikirannya sungguh kalut saat ini dan dipenuhi oleh pertanyaan yang
selalu diawali dengan kata ‘Mengapa?’. Memang Kim Ji sudah biasa
ditinggal pergi oleh Dong Hae keluar kota bahkan keluar negeri dan
waktunya pun tak bisa dikatakan singkat. Pasti memakan hari. Dan karena
sudah menjadi biasa, Kim Ji-pun tak jarang merasakan bosan. Bosan pada
hubungannya yang selalu terasa sepi.
“Mengapa oppa selalu meninggalkanku, eum? Tak bisakah kau meluangkan
waktumu sedikit untukku? Aku sangat membutuhkan waktumu, walau hanya
sebentar saja.” Tanpa sadar, cairan bening itu keluar dari kelopak mata
Kim Ji setelah ia menggumam tadi. Di hubungan ini, dialah yang selalu
bersabar. Dan entah sampai kapan dia bisa bersabar.
—
“Hae-ya, apa kau tak kasihan pada Kim Ji yang selalu kau tinggal
keluar negeri? Dia terlihat sangat marah dan kecewa saat keluar dari
dorm tadi.” Ucap Eunhyuk pada pria yang dari tadi hanya duduk diam
sambil menduduk di depannya yang berstatus sebagai couple-nya itu. Pria
yang sangat mempesona itu benar-benar merasa bersalah pada kekasihnya
saat ini. Membuat gadisnya kembali kecewa. Bahkan ini sudah beberapa
kalinya dia mengecewakan kekasih tercintanya itu.
“Hyeong, apa kau tidak berinisiatif untuk membatalkan jadwalmu?
Kurasa Kim Ji saat ini sangat membutuhkanmu.” Suara seorang Choi Siwon
kini terdengar. Pria yang dipanggil ‘hyeong’ itu akhirnya mendongakkan
kepalanya, menatap keempat hyeong dan tiga dongsaeng yang berdiri di
depannya.
“Tapi hyeong, itu tak mungkin karena jika aku membatalkan ini, aku
yakin Prince Meneger akan marah besar padaku. Apalagi ini adalah konser
Super Show di Indonesia. Aku tak ingin mengecewakan ELF disana.” Jelas
Dong Hae sambil menunduk sedih. Semua yang ada di sana juga tampak
berpikir keras. Mencoba mencari solusi untuk masalah salah satu teman
mereka. Suasana seketika menjadi hening, semua member sibuk dengan
pikiran mereka masing-masing. Kecuali Kyuhyun yang juga memainkan
PSPnya.
“Hyeong, menurutku lebih baik kau datang menemui Kim Ji saja dan beri
ia penjelasan. Aku tahu Kim Ji adalah gadis yang baik dan selalu bisa
menerima sesuatu dengan sabar, walau dia sebenarnya sakit. Tapi setelah
kita pulang dari Indonesia, kau harus mengajaknya ke tempat bermain
untuk kalian bersenang-senang. Ya, anggap saja sebagai permintaan maaf.”
Penjelasan panjang Kyuhyun tadi membuat hyeongdeulnya memandangnya
penuh senyum. Kyuhyun memang orang ajaib, walau sedang berkutat dengan
PSPnya itu, dia masih peduli dengan sekitarnya walau tak selalu.
“Kurasa Kyu ada benarnya juga, Hae-ah. Aku setuju dengannya.” Ujar
Kangin dengan senyum mengembang dan di sambut anggukan oleh member lain.
Memang jarang Kyuhyun peduli dengan sekitar jika dia sudah bekutat
dengan PSPnya.
“Arraseo. Besok pagi aku akan ke rumahnya. Gomawo Kyu, gomawo
semuanya.” Ucap Dong Hae dengan perasaan senang. Semua mengangguk. Walau
dia tak tahu akan berhasil atau tidak, yang penting ia akan berusaha.
—
#Kim Ji’s POV
Hari minggu, hariku untuk beristirahat dari pekerjaanku yang sebagai
fotografer. Jam digital yang terletak di meja sebelah ranjangku sudah
menunjukkan pukul 08.30 AM, tapi aku masih berbaring tanpa semangat di
ranjangku yang nyaman ini. Entahlah hari ini aku merasa sangat malas
untuk melakukan sesuatu. Apa ini ada kaitannya dengan kekesalanku pada
Dong Hae oppa kemarin? Ah, molla! Tapi hatiku saat ini sedang tak bisa
merasakan kenyamanan. Hah…
jam-i wa jam-i wa i jit-eun nunmul kkeut-e kkeut-i wa nae bang
changmun bakk gwansim bakk deung dollin chaelo myeochilbami ga ne gieogi
cheoeum biga naelin nalbuteo jeoj-eun majimagkkaji
ginagin teoneol sog eodumdo kkumsog-eseon jogeum cheoncheonhi seumineunde
Suara ponselku yang melantunkan lagu Super Junior itu terdengar
sangat menggangguku saat ini. Namun tetap saja aku biarkan. Penting
sekali jika aku mengangkatnya. Apa dia tak tahu saat ini aku sangat tak
ingin di ganggu siapapun. Huh~ aku tak peduli! Tapi, mendengar suara
Dong Hae itu lama-lama membuat kupingku panas. Ah~ mengapa suara itu tak
berhenti. Bahkan walau aku kesal padanya, suaranya yang khas itu bisa
aku kenali dengan beberapa detik saja mendengarnya. Apalagi membedakan
suara Dong Hae oppa dengan suara member Super Junior yang lain cukup
mudah menurutku. Baiklah.. baiklah.. akan aku angkat telfonnya.
“Yeoboseyo..”
“Eonni, hari ini kau libur kan?” Ah, aku kenal suara ini. Dia Rara,
sahabat dekatku dari kami masih kecil, sampai sudah bekerja seperti ini.
Bahkan karena aku begitu dekat dengannya, ia sudah kuanggap sebagai
adikku sendiri.
“Ne, tentu saja, Rara-ya. Waeyo? Kau mengganggu kedamaianku!”
“Aish~ aku hanya ingin mengingatkanmu, eonni. Jam 10 nanti, kita jadi ‘kan ke dokter untuk cek-up? Kau tak melupakannya kan?”
“Tentu aku tidak melupakannya. Sudahlah, kau ke rumahku saja nanti. Bye!”
Akhirnya sambungan telfon terputus. Aku sangat lelah mendengar
celotehannya yang mengingatkanku untuk selalu cek-up. Huah~ aku begitu
malas untuk cek-up saat ini. Apalagi datang ke tempat yang serba putih
dan aroma obat yang sangat menyengat. Aish~ membayangkan tempat itu saja
sudah sangat menyedihkan. Terlebih aku sering sekali mengunjungi tempat
itu. Lebih tepatnya 3 kali seminggu. Walau sering, aku tak pernah bisa
menghilangkan ketakutanku pada gedung yang bernama ‘Rumah Sakit’ itu.
Apa kalian bingung mengapa aku harus sering cek-up? Mau aku beritahu?
Baiklah kalau kalian ingin mengetahuinya. Tapi kalian harus janji dulu
jangan beritahu siapa-siapa termasuk personil Super Junior, apalagi Dong
Hae oppa. Sebenarnya aku menderita penyakit kanker darah. Parah kah?
Uisanim mengatakan ini sangat mengerikan. Tapi entahlah aku merasa tak
terlalu mementingikan penyakit ini. Terserahlah, aku sudah menyerah
dengan penyakit ini. Apa hanya tinggal menunggu kapan Tuhan akan
memanggilku. Kurasa aku harus segera bersiap-siap sekarang.
#Author’s POV
Pria berpakaian hoodie biru muda itu berlarian di area parkir sebuah
apartement. Dengan memakai masker, kacamata, dan topi pria itu terlihat
terburu-buru memasuki apartement itu. Bahkan pria yang diketahui namanya
adalah Lee Dong Hae itu lebih pantas dikatakan seperti penjahat yang
sedang melarikan diri dari polisi yang mengejarnya. Bahkan dia banyak
mendapat makian dari orang-orang sekitar sana karena dia menabrak
mereka. Mungkin jika Dong Hae tak memakai penyamaran itu, orang-orang
pasti akan langsung mengejarnya karena mengetahui baru saja personil
Super Junior menabrak mereka.
Di dalam apartement itu pun, dia tetap berlari. Bisa dikatakan
langkahnya cukup panjang dan cepat dengan tubuh kecil sepertinya. Dan
tujuannya saat ini hanyalah kamar kekasihnya yang berada di lantai 7.
Dia memang menepati perkataannya kemarin yang mengatakan bahwa pagi ini
dia akan mengunjungi Kim Ji, kekasihnya. Dan dengan senyum mengembang,
dia mulai berlari lebih pelan saat keluar dari lift.
1315. Nomor kamar itu akhirnya tertangkap juga oleh mata Dong Hae.
Akhirnya ia sampai juga di depan kamar kekasihnya. Perasaan lega
akhirnya dirasakan oleh Ryeowook. Tanpa hambatan apapun, dan rintangan
apapun yang berarti, akhirnya dia bisa bertemu dengan kekasihnya yang ia
rindukan itu.
CEKLEK. BRUK!
“Aww.. appoyo..”
Dong Hae seketika terperangah kaget saat mendapati Kim Ji yang duduk
di depan pintu. Setelah membuka pintu apartement Kim Ji dengan dorongan
yang bisa dikatakan cukup kuat, suara rintihan Kim Ji yang kesakitan itu
terdengar oleh Dong Hae. Dengan cepat, ia menghampiri Kim Ji yang duduk
tak berdaya di lantai itu. Dia berlutut menyamakan tingginya dengan Kim
Ji tepat di sebelahnya.
“Aigoo~ Jinnie, gwaenchana? Mengapa kau duduk di depan pintu seperti
itu? Apa kursimu di apartement ini kurang nyaman jadi kau duduk di
lantai depan pintu seperti ini?” pertanyaan polos itu keluar lancar dari
mulut Dong Hae. Mungkin ini efek karena sering berlama-lama bersama
dongsaengnya, Ryeo Wook. Membuat gadis yang sangat berharap di tolong
untuk berdiri itu geram. Kim Ji langsung saja berdiri dari tempatnya.
“Gwaenchana. Kursiku sedang di pinjam oleh tukang kursi untuk menguji
coba. Untuk apa oppa kemari?” Tanya Kim Ji dengan nada ketus. Dong Hae
yang tadi berlutut, kini langsung berdiri menghadap Kim Ji. Tak bisa
terelakkan kalau sebenarnya masih ada rasa kesal di hati Kim Ji pada
pria di depannya itu.
“Aku kesini karena aku ingin mengunjungi kekasihku. Apa tak boleh?
Aku begitu merindukan kekasihku yang cantik ini.” Pria itu mulai
menggoda gadisnya lagi. Dia mencubit pipi Kim Ji. Membuat semburat merah
terlihat di pipi chubby Kim Ji. See, bahkan emosi gadis itu sudah
menguap seketika.
“Tentu boleh. Tapi, mengapa tak menghubungiku dulu? Tak seperti
biasanya.” Kim Ji menggembungkan pipinya kesal. Gadis manis itu bahkan
terlihat sangat menggemaskan. Dan tingkahnya tersebut berhasil membuat
sudut bibir pria itu tertarik.
“Aku kesini hanya ingin meminta maaf. Mianhae, Jinnie. Aku sering
mengabaikanmu demi pekerjaanku. Maaf aku jarang mengajakmu pergi
bersama-sama. Aku tak pernah membuatmu merasakan kebahagiaan seperti
pasangan lainnya. Maafkan aku.” Kim Ji tersenyum mendengar penuturan
Ryeowook barusan. Saling menatap mata masing-masing dengan dalam.
“Ne, oppa. Gwaenchana. Aku sekarang mengerti tentang pekerjaanmu.
Maaf aku sering bersikap kekanak-kanakkan. Tetap menjadi idola untuk
ELF, oppa.” Ujar Kim Ji dengan berusaha menahan air matanya. Dia memang
sering kesal dengan tingkah Dong Hae yang sering mementingkan
pekerjaannya sebagai Korean Idol. Tapi dia tak mungkin akan mengecewakan
semua fans-nya demi egonya. Bukankah dulu Kim Ji juga pernah merasakan
suka dukanya menjadi fans.
“Gomawo karena sudah mengerti aku.” Tanpa ada pembicaraan, Dong Hae
langsung membawa Kim Ji dalam pelukannya. Pelukan hangat yang tiba-tiba
menjalar ke tubuh Kim Ji. Memang pelukan ini sangat jarang mereka
rasakan, dengan alasan yang sama. Spontan, Kim Ji membalas pelukan itu
dan membenamkan kepalanya di dada bidang Dong Hae.
“Besok aku akan berangkat ke Indonesia. Aku tidak terlalu
mengharapkan kehadiranmu, karena aku yakin kau pasti lelah dengan
aktivitasmu sebagai fotografer dan ditambah mengurusi toko roti milik
eommonim yang akan membuka cabang baru. Tapi aku mohon, tetaplah kirim
foto-fotomu untuk mengobati rasa rinduku.”
“Arraseo, oppa. Aku akan mengirimkan banyak fotoku untukmu.” Mereka
kembali menikmati kehangatan pelukan itu. Bahkan darah mereka sama-sama
berdesir karena pelukan ini. Jantung mereka juga saling berdegup
kencang. Namun tiba-tiba Kim Ji mendorong dada Dong Hae kuat sampai
pelukannya terlepas. Dong Hae menatapnya bingung.
“Oppa, kau harus pulang sekarang!”
“Eh, MWO?”
#Kim Ji’s POV
Akhirnya dengan sedikit paksaan, Dong Hae oppa mau pulang ke dorm. Walau
tersirat wajah tak tega saat dia keluar dari kamar ini. Tapi dia memang
harus pulang. Jika dia tak pulang, itu akan menjadi sesuatu yang
membuatku susah. Tak mungkin aku mengatakan padanya jika aku akan ke
dokter untuk cek-up kondisiku. Dan tak mungkin lagi aku mengatakan jika
aku mengidap penyakit kanker darah. Itu akan menghambat pekerjaannya dan
membuatnya mengkhawatirkanku. Aku hanya ingin dia tetap focus dengan
pekerjaannya tanpa mengkhawatirkanku. Sebagai seorang idola yang sangat
di puja-puja oleh banyak gadis remaja di penjuru dunia.
Kini aku sedang duduk bersama Rara di depan dokter yang selama ini
merawatku, Kwon uisanim. Setelah di lakukan berbagai pemeriksaan,
seperti biasa pasti ada sesuatu yang akan dokter setengah baya ini
sampaikan padaku dan Rara. Tak perlu kaget, ini sudah biasa. Dan pasti
akan ada kabar buruk setelah ini. karena memang aku sudah mulai
merasakan tubuhku yang semakin lama semakin lemas.
“Aku akan langsung ke intinya. Nona Kim, kurasa kanker darah itu
semakin parah saja. Kanker yang nona derita kini sudah memasuki stadium
akhir. Sepertinya kanker ini hanya bisa disembuhkan oleh pengobatan yang
tepat secepatnya. karena jika tidak, aku takut nona tak akan bisa
sembuh.” Seketika jantungku berhenti berdetak, dadaku terasa sesak.
Kenyataan yang sangat pahit namun harus aku terima. Stadium akhir? Tak
akan bisa sembuh? Yang benar saja! Apa hidupku harus seperti ini? Mati
muda di saat umurku masih 24 tahun? Menyedihkan.
“Apa Kim Ji harus melakukan pengobatan di luar negeri untuk
mendapatkan hasil yang terbaik, uisanim?” Rara terlihat sangat antusias
mendengar penjelasan uisanim dan kemudian bertanya. Aku rasa pikirannya
juga kacau mendengar berita barusan.
“Boleh saja. karena di rumah sakit ini, peralatannya tidak secanggih
rumah sakit di luar negeri. Aku mempunyai teman dokter di Canada. Jika
kau mau melakukan pengobatan ini, beritahu aku, akan ku bicarakan dengan
temanku.”
“Ah, arraseo uisanim. Akan kupikir-pikir dulu.”
“Ne. Tapi secepatnya kau memutuskan karena kanker tak pernah
menunggu. Kanker itu akan terus merambat dan rasa sakitnya akan semakin
menjadi-jadi.”
“Arraseo, uisanim. Gamsahamnida.”
Cerpen Karangan: Jinnie Kim
Facebook: http://www.facebook.com/dhea.safitri524
Jinnie Kim yang bernama asli Dhea Safitri adalah penulis amatir yang
sering membuat naskah berupa cerpen Korea atau yang biasa disebut
FanFiction. Saya mencoba untuk mengirim naskah saya di cerpenmu.com,
sebagai waktu luang saya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar